kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Karet Tinggi, Industri Ban Melirik Karet Sintetis?


Rabu, 21 April 2010 / 09:38 WIB
Harga Karet Tinggi, Industri Ban Melirik Karet Sintetis?


Reporter: Femi Adi Soempeno, Amailia Putri Hasniawati |

JAKARTA. Kazutaka Sonomoto, Manajer Bagian Karet Marubeni Corp. memprediksikan, tingginya harga karet alam akan membuat para produsen ban bergeser ke karet sintetis atau alternatif karet lain yang lebih murah. Soalnya, produsen ban juga tidak bisa meningkatkan harga produknya meski harga karet terus membumbung tinggi. Maklum, selisih atau gap antara harga karet dan kemampuan konsumen untuk membeli ban sangatlah lebar.

Sementara, harga karet sintetis yang bahan dasarnya adalah minyak mentah kini berada di kisaran US$ 2.500 per metrik ton. Bandingkan harga itu dengan harga karet alam yang berada di kisaran US$ 4.000 per metrik ton.

Toh, tak semua orang sepakat dengan Sonomoto. "Bagaimana bisa beralih ke karet sintetis kalau harga karet sintetis juga naik mengikuti harga minyak mentah?" kata Tjutju Dharmawan, Deputy GM Sales & Marketing PT Sumi Rubber Indonesia.

Menurut Tjutju, tidak mudah mengalihkan penggunaan karet alam ke karet sintetis. Persoalannya bukan hanya harga yang sama-sama naik, tetapi kegiatan produksi ban memang membutuhkan kedua jenis karet itu.

Namun, penguatan rupiah terhadap dolar AS belakangan ini membantu konsumen karet. "Harga karet ini dalam mata uang dolar AS, namun pembayaran bisa dilakukan dengan rupiah. Nah, rupiah yang semakin kuat bisa menjadi kompensasi bagi kenaikan harga karet," kata Tjutju.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×