kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga karet turun, margin ban tak naik


Selasa, 11 Maret 2014 / 08:18 WIB
Harga karet turun, margin ban tak naik
ILUSTRASI. 7 Tanda Overhidrasi atau Terlalu Banyak Minum Air.


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JaKARTA. Tren penurunan harga karet dunia sejak Januari tahun ini rupanya tak memberikan dampak positif terhadap produsen ban. Padahal asumsinya, jika harga karet yang notabene bahan baku pembuat ban mengecil maka margin penjualan bisa terkerek. Toh, penjualan kendaraan di Tanah Air masih besar.


Mengutip data Bloomberg, harga karet kontrak karet di Tokyo Commodity Exchange untuk pengiriman 31 Maret 2014 pada Senin, (10/3) adalah JPY 232,40 / kilogram (kg). Padahal akhir tahun lalu (30/12) masih JPY 273,80 / kg. Itu berarti harga karet terpangkas 17,81%.


Sementara minat pasar dalam negeri berbelanja kendaraan bermotor tergambar dari proyeksi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Sudirman M.R., Ketua Umum Gaikindo dalam rilis, pernah memproyeksikan target penjualan mobil tahun ini bisa tembus 1.250.000 unit. Meningkat dari capaian penjualan tahun lalu yang sebanyak 1.229.901 unit.


Namun Uthan A. Sadikin, Direktur Pemasaran dan Penjualan PT Multistrada Arah Sarana Tbk. mengatakan penurunan harga bahan baku tak langsung membuat margin perusahaan lantas naik. Dengan alasan, pembeli yang tak lain adalah para distributor  besar penjual ban, biasanya sudah buru-buru menuntut harga jual diturunkan jika mengetahui biaya bahan baku megecil. "Biasanya pembeli menuntut harga ban disesuaikan karena harga karetnya turun," jelas Uthan pada KONTAN, Senin (10/3).


Uthan justru menuding penikmat margin besar di kala tren harga karet melorot adalah para distributor sebagai pedagang perantara. Jika tahun lalu Multistrada mengaku pernah menurunkan harga jual kepada para pembeli, tahun ini perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kdoe MASA ini belum memenuhi permintaan para distributor untuk menurunkan harga.


Tak mengubah harga jual ban


Plus, Uthan mengaku Multistrada masih menggunakan bahan baku karet stok lama. Jadi harga beli karet juga masih lebih tinggi. Sekedar informasi, Uthan bilang karet adalah 40% penyumbang bahan baku bagi pembuatan ban.


General Manager Marketing PT Gajah Tunggal Tbk. Arijanto Notorahardjo juga mengakui hal serupa. "Biasanya kalau ada harga bahan baku turun maka akan dialokasikan untuk program mendukung kepuasan konsumen," kata Arijanto.


Pemegang merek ban GT Radial ini juga tak merasa perlu menurunkan harga karena tatkala harga karet naik, ditambah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah, perusahaan tak menaikkan harga jual ban. Dengan alasan persaingan pasar ban sangat sengit. Jadi tak bisa sembarang mengubah harga.


Di sisi lain, saat tren harga karet turun, produsen ban juga tak lantas memanfaatkan momen ini untuk menyetok bahan baku dalam jumlah besar. "Umur karet kurang lebih enam bulan jadi tidak bisa beli banyak," kata Uthan.


Demikian juga dengan Gajah Tunggal. Arijanto bilang perusahaan berkode GJTL di BEI ini, tidak pernah melakukan pembelian besar-besaran ketika harga ban turun.


Arijanto menyampaikan penjualan ritel ban di Januari mencapai 22.000 buah sedangkan penjualan di Februari mencapai sekitarr 24.000. Sementara target sepanjang 2014 adalah 320.000 ban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×