Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Direktur Eksekutif Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yus'an mengatakan kebijakan WTO yang meminta negara berkembang dan negara maju mencabut subsidi di bidang pertanian tidak terlalu berdampak pada impor kedelai dalam negeri. Pasalnya, selama ini, Indonesia mengimpor kedelai dari Amerika Serikat (AS) di mana petaninya adalah perusahaan besar dan sudah memenuhi standar ekonomi yang lebih baik.
Dengan demikian, bila nantinya pemerintah AS mencabut subsidi bagi pertanian di AS, dampaknya tidak terlalu terasa karena pertanian di sana sudah memenuhi skala ekonomi tertentu. Di sisi lain, petani di AS dan negara maju lainnya juga sudah mandiri secara finansial dan menggunakan teknologi maju. Dengan begitu, ada tidaknya subsidi bagi pertanian, mereka tetap bisa jalan dan menjual produknya dengan harga yang kompetitif.
"Jadi saya kira tidak ada gejolak harga kedelai impor bila nantiya kebijakan itu diterapkan," ujar Yus'an kepada KONTAN, Senin (21/12).
Yus'an mengatakan justru kebijakan WTO ini akan sangat berdampak pada pertanian dalam negeri. Pasalnya, kepemilikan lahan pertanian di Indonesia rata-rata dengan skala kecil dan belum banyak tersentuh oleh teknologi. Selain itu, sebagian besar petani di Indonesia juga masih menjadi petani buruh, alias mereka hanya menggarap lahan tapi yang memiliki lahan itu justru orang-orang kaya di perkotaan.
"Jadi kalaupun pemerintah memberikan subsidi, yang merasakan justru orang kaya bukan petani," ujarnya.
Karena itu, bila WTO benar-benar melarang subsidi bagi pertanian, maka produk-produk pertanian Indonesia diperkirakan akan sulit bersaing di pasar global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News