Reporter: Amailia Putri Hasniawati |
JAKARTA. Membaiknya harga lada yang mencapai Rp 42.000 per kg akan mendorong petani untuk menanam lada.
“Masalahnya, tanaman lada tidak berumur panjang, tiga sampai lima tahun pasti mati, belum lagi adanya serangan hama," kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Achmad Mangga Barani.
Berdasarkan data Kementan, produksi lada nasional pada tahun 2009 mencapai 84.506 ton. Serbanyak 20% terserap di dalam negeri dan sisanya di ekspor. Dari total produksi tersebut sebanyak 75% merupakan lada hitam dan 25% adalah lada putih.
Sentra tanaman lada di Indonesia tersebar di sejumlah daerah, yaitu Lampung untuk lada hitam, sedangkan Bangka dan Kalimantan adalah tempatnya lada putih.
Lada putih, merupakan komoditas yang membuat nama Bangka dan Belitung tersohor ke seluruh dunia. Pelabuhan Muntok di Bangka sebagai pintu ekspor akhirnya dikenal sebagai merek lada putih berkualitas, yaitu Muntok White Pepper.
Lada ini memang lebih disukai karena memiliki aroma dan rasa pedas yang tak dimiliki lada putih produksi negara lain. Selama ini, pasar Lada Putih di dunia didominasi Lada Putih dari India. Namun, Lada Putih India tak beraroma dan rasanya masih kurang dibandingkan dengan Lada Putih Bangka hanya saja lada putih Bangka ukuran buahnya lebih kecil dibandingkan lada putih India
Sayangnya, nama besar lada putih Bangka Belitung sayangnya tidak diikuti upaya pengembangan perkebunan lada. Luas perkebunan lada di Bangka dan Belitung menciut karena berubah menjadi lahan tambang timah atau kebun kelapa sawit.
Pemerintah kini tengah membuat program untuk tanaman rempah, termasuk lada. Misalnya, bantuan bibit lada gratis. Dus, produksi lada tahun ini diharapkan akan mencapai mencapai 87.551 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News