kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Harga lahan di Surabaya kian mekar


Senin, 29 April 2013 / 12:50 WIB
Harga lahan di Surabaya kian mekar
ILUSTRASI. Pemandangan area check-in aula keberangkatan Terminal 4 Bandara Changi di Singapura, 25 Juli 2017. REUTERS/Edgar Su


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Setelah Jakarta, Surabaya adalah kota yang paling diincar oleh investor dan pengembang properti, baik nasional maupun mancanegara. Tercatat, pengembang-pengembang beken macam Grup Ciputra, Pakuwon, Intiland Development, Podojoyo Masyhur, dan  Dian Istana telah merasakan gurihnya bisnis properti di kota ini.

Sementara, investor dari luar tercatat ada Keppel Land dan terbaru Yishan Capital Partners. Keduanya berasal dari Singapura. Kota berpopulasi sekitar 3,2 juta jiwa itu mengalami lonjakan pembangunan properti secara massif dalam kurun tiga tahun terakhir.

Saat ini, setidaknya ada 25 proyek properti skala menengah-besar yang sedang dalam pengerjaan (konstruksi).  Dari sejumlah proyek itu, sembilan di antaranya merupakan properti multifungsi (mixed use development) dengan nilai investasi ratusan miliar rupiah.

Aktivitas pembangunan tersebut memacu peningkatan harga lahan dan properti ke angka yang sangat signifikan. Di pusat kota, jika tiga tahun lalu harga lahan masih berada pada kisaran Rp 10 juta-15 juta per meter persegi, kini mengangkasa menjadi Rp 25 juta/m2.

Sementara di Surabaya Barat merupakan wilayah dengan pertumbuhan paling mencengangkan. Harga lahan aktual mencapai Rp 8 juta-Rp 10 juta/m2 dari sebelumnya Rp 5 juta-Rp 7 juta/m2.

Menurut Prinsipal Era Tjandra Surabaya Daniel Sunyoto, kenaikan harga dipicu aksi ekspansi pengembang yang membangun properti skala besar dalam bentuk superblok atau paling minim adalah mixed use development.

"Di Citraland misalnya. Harga unit rumah terkecil seukuran 100 m2 dipatok Rp 1,5 miliar. Itu pun sudah habis terjual. Kalau pun ada, hanya tersedia di pasar seken," tandas Daniel yang dikutip KONTAN dari Kompas.com, Senin (29/4). (Hilda B Alexander/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×