Reporter: Noverius Laoli | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Penurunan harga karet alam dalam setahun terakhir, sempat menyentuh US$ 1,3 per kilogram (kg), membuat industri karet menurunkan target produksi. Sebab harga karet yang dinilai bisa memenuhi ongkos produksi sekitar US$ 1,7 kg hingga US$ 1,8 per kg. Saat ini harga karet tengah bergerak di kisaran US$ 1,5 per kg,
Penurunan harga karet ini membuat pasokan karet makin minim, karena banyak petani karet yang beralih profesi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari di tengah naiknya harga-harga kebutuhan pokok.
Kelesuan produksi karet tersebut juga berdampak pada PT Kirana Megatara (KM) Group. Perusahaan yang merupakan produsen karet remah (crumb rubber) terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 18% ini memilih menurunkan target prduksi pada tahun ini menjadi sekitar 450.000 ton saja. Target tersebut lebih rendah dari realisasi produksi tahun 2014 yang lebih dari 500.000 ton.
"Target produksi kita turunkan karet sulit mendapatkan getah karet. Kami sendiri sangat prihatin dengan kondisi ini," ujar Martinus S. Sinarya Presiden Direktur KM kepada KONTAN akhir pekan lalu. Martinus memprediksi penurunan produksi KM bisa mencapai sekitar 20%-30% dari tahun-tahun sebelumnya.
Martinus mengatakan produksi KM selama kuartal pertama tahun 2015 ini juga sudah memperlihatkan penurnan. Ia bilang rata-rata produksi KM hanya mencapai sekitar 30.000 ton saja yang bisa diproduksi. Maka dalam empat bulan pertama KM baru memproduksi sekitar 120.000 ton. Padahal sebelumnya pihaknya rata-rata memproduksi sekitar lebih dari 40.000 ton. KM juga telah mengurangi jam kerja karyawan karena minimnya pasokan bahan baku.
Ia mengatakan KM tengah berusaha mendongkrat harga karet dengan terus menjalin kerjasama dengan pabrik ban internasional. Sebab, lebih dari 80% karet yang diproduksi KM diperuntukkan untuk pabrik ban. Ia mengatakan, sejauh ini, pabrik ban memang menyadari bisnis karet harus dipertahankan karena kebutuhan ban yang terus meningkat tidak berbanding lurus dengan harga karet yang terus meorosot.
Saat ini, KM tengah berusaha mencari titik temu untuk bisa mendongkrat harga karet. Sebab salah satu solusi menambah pasokan karet dalam negeri adalah dengan menaikkan harga di tingkat petani agar petani mau kembali menyadap karet milik mereka. Terkati rencana ekspansi perusahaan tahun ini, Martinus masih belum menjelaskannya. "Nanti saya akan bicarakan setelah berada di Jakarta," ujarnya ketika dihubungi KONTAN masih berada di Jambi.
Namun pada tahun 2014, perusahaan yang menjadi bagian dari Triputra Group itu menganggarkan belanja modal sekitar Rp 400 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk penanaman pohon karet baru, perawatan kebun, dan pembangunan pabrik.
Saat ini, KM fokus untuk memproduksi dan memasarkan karet remah jenis SIR 10, SIR 20 dan SIR 20VK, guna memenuhi permintaan kalangan industri ban berskala nasional dan internasional.
Produk yang dihasilkan Kirana Megatara Group telah memenuhi standar dari SNI dan persyaratan para pembeli. Misalnya, kadar kotoran (dirt) SIR 10 telah melewati ketentuan maksimal 0,10% serta untuk SIR 20 dan SIR 20VK sebesar 0,20%. Ketentuan kadar debu (ash) yang maksimal 0,75% untuk SIR 10 dan 1,00%(SIR 20 dan SIR 20VK) juga sudah terlewati. Demikian pula dengan persyaratan atau ketetuan lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News