kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

11 negara sepakat untuk menaikkan harga karet alam


Senin, 11 Mei 2015 / 14:06 WIB
11 negara sepakat untuk menaikkan harga karet alam
ILUSTRASI. Pahami Cara Merawat Sepeda Motor Listrik saat Musim Hujan. KONTAN/Carolus Agus Waluyo/30/01/2023.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Negara-negara penghasil karet yang tergabung dalam keanggotaan Asosiasi Negara Produsen Karet Alam (Association of Natural Rubber Producing Countries/ANRPC) sepakat untuk mendongkrak harga karet alam internasional.

Direktur Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Deny W. Kurnia mengatakan ia telah memimpin delegasi Indonesia pada pertemuan Tingkat Menteri yang diwakili dari ANRPC di Kuala Lumpur, Malaysia pada 8 Mei 2015 lalu. Dalam pertemuan itu, perwakilan negara-negara produsen karet sepakat agar organisasi ini membahas bagaimana menjaga kestabilan harga dan keseimbangan supply-demand karet alam di pasar global.

"Negara anggota ANRPC sepakat agar organisasi ini tidak lagi hanya memfokuskan pekerjaan pada pengumpulan statistik tetapi juga sebagai wadah bagi menjaga kestabilan harga dan keseimbangan supply-demand," ujar Deny, Senin (11/5).

Menurut Deny, pada pertemuan khusus ini Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Amar Douglas Uggah Embas memimpin pertemuan yang dihadiri menteri-menteri dari Thailand, Vietnam, Sri Lanka, dan Kamboja.

Staf Ahli Mendag Bidang Diplomasi Perdagangan Sondang Anggraini menambahkan fokus pertemuan adalah memberi perintah kepada para pejabat senior setiap negara agar segera merumuskan suatu rencana kerja yang harus dilaksanakan bersama-sama oleh ke-11 anggota ANRPC guna mengatasi rendahnya harga karet alam.

Maka langkah utama ANRPC adalah menyeimbangkan supply-demand global melalui program-program tertentu di bidang produksi, konsumsi, social safety net, serta penelitian dan pengembangan. Selain itu, para menteri juga sepakat agar para pejabat senior menyelesaikan perumusan rencana aksi konkret sebelum dimulainya pertemuan tahunan ANRPC di Kamboja bulan Oktober 2015.

Dalam pertemuan itu juga memerintahkan negara-negara anggota ANRPC agar lebih transparan dalam laporan statistik termasuk mengenai rencana produksi nasional dan penyerapan karet di dalam negeri. Pasokan global dapat berkurang melalui langkah-langkah inovatif bagi peningkatan penggunaan karet alam di dalam negeri.

Negara produsen nomor satu dan dua dunia, yaitu Thailand dan Indonesia, telah memprogramkan secara signifikan untuk menaikkan konsumsi domestiknya.

Sondang mengambil contoh Indonesia telah menargetkan di tahun ini konsumsi domestik minimal dapat menyerap 600.000 ton karet alam. Angka ini dapat naik sampai 700.000 ton karena pembangunan infrastruktur setiap kementerian berkomitmen menggunakan karet alam. “Kita mengharapkan terjadinya aksi nyata penyerapan karet alam secara signifikan sehingga dapat membantu menyerap produksi karet alam,” tambah Sondang.

Data-data statistik produksi karet alam setiap negara diharapkan akurat. Untuk itu, setiap negara anggota ANRPC berjanji mengirimkan data yang akurat ke sekretariat ANRPC sehingga ANRPC menjadi pusat data statistik yang kredibel. Sebab kebijakan dan program pengelolaan supply-demand harus ditunjang oleh data statistik yang valid.

Saat ini, Thailand menduduki peringkat pertama sebagai negara produsen dengan produksi sejumlah 4,3 juta ton diikuti Indonesia dan Vietnam dengan produksi masing-masing 3,1 juta ton dan 954 ribu ton. Estimasi total produksi negara anggota ANRPC tahun 2015 adalah 11,37 juta ton atau memiliki pangsa produksi sebesar 89% dari produksi global.

Jumlah produksi global tahun 2015 diprediksi sejumlah 12,769 juta ton dan konsumsi global sebesar 12,758 juta ton. Surplus produksi karet alam di tahun 2015 dapat ditekan hanya sekitar 11.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×