kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Melonjak, Produksi CPO Indonesia Masih Lesu Hingga Februari 2022


Kamis, 21 April 2022 / 13:41 WIB
Harga Melonjak, Produksi CPO Indonesia Masih Lesu Hingga Februari 2022
ILUSTRASI. panen kelapa sawit


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) membeberkan kondisi industri sawit nasional dalam dua bulan pertama tahun 2022.

Tercatat, harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) CIF Rotterdam pada bulan Februari 2022 mencapai US$ 1.522 per ton, atau US$ 164 lebih tinggi dari harga bulan Januari sebesar US$ 1.053 per ton, serta US$ 469 lebih tinggi dibandingkan harga pada Februari 2021 sebesar US$ 1.053 per ton.

Harga KPBN FOB untuk Februari tercatat sebesar Rp 15.532 per kilogram (kg) berbanding Rp 14.811 per kg pada bulan Januari lalu.

"Harga yang tinggi tersebut disebabkan oleh produksi minyak nabati dunia yang tidak seperti diharapkan terutama untuk kedelai di Amerika Selatan," ungkap Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam siaran pers di situs Gapki, Rabu (20/4).

Produksi CPO Indonesia pada Februari 2022 diperkirakan sebesar 3,50 juta ton dan Palm Kernel Oil (PKO) sebesar 302.000 ton. Angka ini lebih rendah dari produksi bulan Januari yakni sebesar 3,86 juta ton untuk CPO dan 365.000 untuk PKO lantaran faktor musiman.

Baca Juga: Dharma Satya Nusantara (DSNG) Targetkan Produksi Sawit Naik 20%, Ini Alasannya

Harga yang sangat tinggi berdampak pada konsumsi dan ekspor. Konsumsi dalam negeri untuk pangan bulan Februari 2022 tercatat sebesar 489.000 ton atau 17,3% lebih rendah dari bulan Januari sebesar 591.000 ton.

Sementara itu, konsumsi oleokimia di bulan Februari adalah sebesar 178.000 dan biodiesel 710.000 ton yang dibandingkan dengan konsumsi bulan Januari masing-masing turun sebesar 2,7% dan 3%.

Total ekspor sawit bulan Februari mencapai 2,09 juta ton, lebih rendah dibandingkan dengan bulan Januari sebesar 2,17 juta ton. Alhasil, walau harga bergerak naik, nilai ekspor minyak sawit di bulan Februari mentok di level US$ 2,79 miliar atau lebih rendah 0,6% dari nilai ekspor di bulan Januari sebesar US$ 2,81 miliar.

Penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan Afrika yakni sebesar 278.100 ton di bulan Januari menjadi 134.700 ton di bulan Februari. Penurunan yang cukup besar juga terjadi untuk ekspor tujuan Filipina yakni 63.800 ton pada Januari menjadi 28.700 ton pada Februari. Ekspor untuk tujuan Rusia juga turun dari 69.600 ton pada Januari menjadi 64.200 ton pada Februari.

Sementara itu, ekspor minyak sawit ke Ukraina cukup fluktuatif dengan rata-rata bulanan pada 2021 sebesar 25.000 ton. Pada Januari lalu, ekspor ke Ukraina turun menjadi hanya 256 ton sedangkan pada Februari pulih dan mencapai 15.280 ton.

"Ekspor untuk tujuan Belanda, China, India, Bangladesh, dan Malaysia juga naik cukup besar," imbuh Mukti.

Baca Juga: Harga Keekonomian Minyak Goreng Diprediksi Bertahan Hingga Akhir Tahun

Tercatat bahwa ekspor minyak sawit ke Belanda di bulan Februari mencapai 184.410 ton atau lebih tinggi dari capaian di bulan Januari sebesar 128.270 ton. Ekspor ke India pada Februari mencapai 290.200 ton atau naik dari bulan Januari sebesar 249.900 ton. Ekspor ke Bangladesh naik dari 87.600 ton pada Januari menjadi 126.000 ton pada Februari. Adapun ekspor ke Malaysia naik dari 180.400 ton pada Januari menjadi 229.500 ton pada Februari.

Gapki menyebut, BMKG telah memperkirakan cuaca sepanjang 2022 akan normal, tetapi situasi geopolitik menimbulkan berbagai ketidakpastian. "Peningkatan upaya efisiensi dan produktivitas merupakan tindakan bijak yang harus dipertahankan," jelas Mukti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×