Sumber: Bloomberg | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Harga karet dunia mulai membaik. Itu sebabnya, tiga negara produsen karet terbesar dunia, yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia memutuskan untuk menunda rencana pembatasan ekspor komoditas karet yang telah mereka sepakati.
Penundaan ini bertujuan mendorong kenaikan permintaan karet dari sektor industri ban dan sarung tangan. Sebelumnya, permintaan mereka merosot akibat krisis ekonomi global.
Sekadar informasi, selama kurun waktu Januari sampai Juli 2009, ketiga negara itu telah menurunkan volume ekspor karet hingga 690.000 ton. Targetnya, penurunan ekspor akan mencapai 700.000 ton hingga akhir 2009 ini.
Tujuan pemangkasan volume ekspor ini adalah untuk menahan kejatuhan harga karet seperti yang terjadi pada 2008. Kala itu, harga karet terjun bebas hingga 56%.
"Kami akan menahan dulu program pembatasan ekspor ini sambil melihat bagaimana kondisi ke depannya," kata Abdul Rasip Latiff, Chief executive officer International Rubber Consortium Ltd (IRCo), kemarin.
Sepanjang tahun ini, harga karet memang telah meningkat sekitar 70%. Kenaikan harga minyak dunia yang sempat mencapai kisaran US$ 82 per barel menjadi pemicunya. Maklum, kondisi ini membuat harga karet alam lebih menarik bila dibandingkan harga produk karet sintetis yang terbuat dari minyak mentah.
Selain itu, perekonomian China yang pulih lebih cepat juga mendongkrak permintaan karet. Catatan saja, sampai saat ini, China merupakan pengguna karet terbesar dunia.
Data asosiasi produsen karet alam di ketiga negara itu menyebutkan, antara Januari-Juli 2009, ekspor karet Thailand mencapai 1,44 juta ton, ekspor Indonesia 1,6 juta ton, dan ekspor Malaysia 369.900 ton. Volume ekspor karet ketiga negara itu bakal mencapai 5,51 juta ton di akhir 2009.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News