Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan harga minyak dunia yang dipicu oleh peningkatan persediaan minyak milik Amerika Serikat (AS) bersamaan dengan target negara-negara OPEC+ menambah produksi, dinilai memiliki potensi untuk mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.
Sebagai gambaran, Reuters pada Kamis (05/06) melaporkan harga minyak mentah global telah turun lebih dari 1% karena pasokan Amerika yang melimpah.
Harga minyak mentah jenis Brent terpantau turun 1,2% atau 77 sen, sebesar US$ 64,86 per barel. Lalu minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 0,9% atau 56 sen dengan harga US$ 62,85 per barel.
Melihat sentimen ini, menurut Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai bahwa tren penurunan harga tidak bisa dipatok pada jangka waktu tertentu.
Baca Juga: Harga Minyak Membuka Ruang Fiskal Pemerintah
Karena sangat fleksibel tergantung pada pasokan dan produksi yang kadang bisa terganggu sesaat atau dalam waktu lama oleh kebijakan produsen dan eskalasi konflik serta perang.
"Namun apabila tidak ada perubahan fundamental dari sekarang, harga minyak akan turun ke US$50 hingga US$ 55," kata Lukman saat dikonfirmasi, Senin (09/06).
Adapun, terkait dampak turunnya harga minyak dunia kepada harga BBM di dalam negeri, Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menekankan di Indonesia, secara garis besar penentuan turunnya harga BBM dilihat berdasarkan penggunanya, yaitu BBM subsidi (Pertalite) dan BBM non subsidi (Pertamax dan turunannya).
Dampak Penurunan Kepada Harga BBM Subsidi
Untuk Pertalite, Fahmy bilang keputusan penurunan harga akan dilakukan oleh pemerintah, utamanya melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Meski ada potensi turun mengikuti harga minyak global, harga BBM bersubsidi akan turut mempertimbangkan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar serta perkiraan peningkatan volume konsumsi BBM tahun ini.
"Ada kemungkinan (BBM subsidi turun), tapi tergantung variable yang lain, kurs rupiah terhadap dolar, kalau melemah seperti beberapa waktu ini, menurut saya juga akan ditahan harganya," ungkap dia.
Penurunan harga minyak global tambah dia memang membuat Indonesia Crude Price (ICP) juga turun. Namun perlu dipahami terkait harga BBM Subsidi tidak hanya dipengaruhi oleh dinamika ICP.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Setelah AS dan China Sepakat Lanjutkan Pembicaraan Dagang
Asal tahu saja, berdasarkan data Kementerian ESDM, ICP bulan April 2025 berada pada level USD65,29 per barel.
Angka tersebut turun sebesar USD5,82 per barel dari ICP Maret 2025 sebesar USD71,11 per barel. Penurunan ini selaras dengan penurunan harga minyak global yang disebabkan oleh perang tarif dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Dampak Penurunan Kepada Harga BBM Non Subsidi
Adapun terkait harga BBM Non Subsidi, Fahmy mengatakan penentuan harga akan merujuk pada Pertamina sebagai market leader di Indonesia.
"Pertamina itu kan jadi market leader, karena penguasaan SPBU-nya sudah 95%, sisanya SPBU asing. Berapapun harga non subsidi yang dijual Pertamina, mereka mengikuti, sedikit lebih mahal atau minimal sama (harganya)," ujar Fahmy.
"Kalau BBM subsidi itu haknya pemerintah, tapi keputusan untuk Pertamax keatas keputusannya di Pertamina. Saya rasa untuk yang non-subsidi, masyarakat kita sudah cukup terbiasa dengan fluktuasi harga," tambahnya.
Sebenarnya, kalau melihat harga BBM non subsidi Pertamina, telah terjadi penurunan harga dalam jangka waktu tiga bulan berturut-turut.
Menurut Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari penyesuaian harga BBM semua badan usaha dilakukan setiap awal bulan.
Sedangkan, harga BBM non subsidi selalu dievaluasi berkala mengikuti tren harga rata-rata publikasi minyak yakni Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus dan juga mempertimbangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Penentuan (harga) setiap awal bulan. Dan harga BBM dipengaruhi oleh harga minyak dunia, kami mengacu pada MOPS atau Argus dan juga nilai tukar Rupiah terhadap US dollar," ungkapnya.
Mengutip laman resmi Pertamina, Senin (09/06), berikut adalah penyesuaian harga BBM Non Subsidi bulan Juni dari perusahaan plat merah tersebut:
1. Pertamax (RON 92) harga Rp 12.100 per liter, atau turun Rp 300 dibanding bulan lalu.
2. Pertamax Turbo (RON 98) harga Rp 13.050 per liter atau turun Rp 250 dibanding bulan lalu.
3. Pertamina Dex harga Rp 13.200 per liter atau turun Rp 550 dibanding bulan lalu.
4. Pertamina Dexlite harga Rp12.740 per liter, atau turun Rp 610 dibanding bulan lalu.
5. Pertamax Green harga Rp 12.800 per liter, atau turun Rp 350 dibanding bulan lalu.
Baca Juga: Harga Minyak Bergerak Tipis di Pagi Ini (9/6) Jelang Pembicaraan Dagang AS-China
Selanjutnya: Garuda Indonesia Selidiki Dugaan Kehilangan Ponsel Penumpang di Penerbangan GA-716
Menarik Dibaca: 4 Rekomendasi Bra untuk Payudara Besar, Nyaman dan Anti Kendur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News