kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Harga minyak & gross split bisa jadi angin segar


Selasa, 31 Januari 2017 / 13:12 WIB
Harga minyak & gross split bisa jadi angin segar


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga minyak dunia mulai bergerak di atas US$ 50 per barel sejak negara-negara anggota OPEC dan Non OPEC memutuskan untuk mengurangi produksi. Naiknya harga minyak dunia membuat investasi hulu migas berpotensi meningkat.

Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA), Sammy Hamzah bilang, harga minyak yang bergerak naik di atas US$ 50 per barel diharapkan bisa terus meningkat hingga US$ 60 per barel di akhir tahun.

"Mudah-mudahan terus menanjak ke target US$ 60 per barel di akhir tahun ini dan itu akan berefek ke industri hulu migas," ujar Sammy pada Minggu (29/1).

Dengan kenaikan harga minyak tersebut, Kepala Bagian Humas SKK Migas, Taslim Z.Yunus optimistis investasi hulu migas tahun 2017 bisa meningkat di atas 5% dari Work Program and Budget (WP&B) yang telah disetujui pada tahun ini.

"Investasi tahun ini sekitar US$ 14 miliar. Naik dibanding US$ 11 miliar tahun lalu," kata Taslim.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengaku dengan adanya kenaikan harga minyak maka akan ada gairah baru untuk investasi di sektor hulu migas. Dengan begitu produksi migas pun akan naik. Sehingga pada akhirnya kenaikan produksi akan membuat harga keseimbangan baru.

"Keseimbangan yang baru itu saya pikir di angka US$ 50- US$ 60 per barel. Kami tentu akan mencoba masuk lebih dalam untuk efisiensi supaya kami bisa mendukung kebijakan pemerintah untuk harga BBM bagi masyarakat," ungkap Dwi, Senin (30/1).

Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam bilang, harga minyak saat ini belum naik terlalu tinggi. Harga minyak dunia yang bergerak masih di sekitar US$ 50 per barel pun telah diantisipasi oleh Pertamina dengan mempertimbangkan keekonomian lapangan.

Namun Syamsu bilang dampak kenaikan harga minyak saat ini tentu akan membuat kegiatan di hulu migas akan bertambah. Biarpun dari sisi investasi tidak akan meningkat banyak.

Sementara itu untuk efek gross split kepada produksi migas, Taslim berharap skema baru tersebut diharapkan bisa meningkatkan produksi migas terutama dari adanya diskresi-diskresi yang diberikan pemerintah seperti harga minyak, kumulatif produksi, TKDN dan sebagainya.

Sammy menambahkan, skema gross split terutama untuk lapangan yang telah berproduksi akan mampu meningkatkan produksi migas asalkan pemerintah bisa mengimplementasikannya dengan baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×