kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,88   5,30   0.59%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Mentah Masih Tinggi, Ini Dampaknya Bagi Sejumlah Sektor Industri


Selasa, 19 April 2022 / 19:54 WIB
Harga Minyak Mentah Masih Tinggi, Ini Dampaknya Bagi Sejumlah Sektor Industri
ILUSTRASI. Petugas Pertamina mempersiapkan pengisian BBM Solar untuk kapal nelayan ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/07/01/2016.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

Melansir publikasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rata-rata ICP minyak mentah Indonesia pada Maret 2022, menembus angka US$ 100 per barel, yakni tepatnya sebesar US$113,50 per barel.

Angka tersebut naik dibanding rata-rata ICP pada Januari 2022 yang sebesar US$ 85,89 per barel maupun rata-rata ICP bulan Februari 2022 sebesar US$ 95,72 per barel. Tidak hanya itu, angka ICP-ICP ini juga sudah melampaui asumsi ICP dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 yang sebesar US$ 63 per barel.

Menurut penjelasan Carmelita, kenaikan harga bahan bakar turut mempengaruhi biaya operasional jasa angkutan laut. Tidak tanggung-tanggung, porsi kontribusi biaya bahan bakar berkisar 40% - 60 % dari seluruh biaya operasional, tergantung jarak tempuh.

Baca Juga: Perusahaan Jasa Migas Global Halliburton Catatkan Kenaikan Laba 85% Selama Kuartal I

Buntutnya, ongkos angkut alias harga freight bisa naik, sebab pelaku industri biasanya memuat klausul kenaikan tarif berupa Bunker Adjustment Clause atau BAC dalam kontrak angkutan. Dengan klausul ini, harga freight akan berubah setiap terjadi kenaikan atau penurunan harga bunker sekian persen, sesuai kesepakatan. “Bila tidak ada kontrak, ya mekanisme pasar berlaku,” imbuh Carmelita.

INSA berharap, Pemerintah maupun Pertamina bisa menjaga harga minyak produk, tetap terkendali dan tidak naik secara signifikan. “(Hal ini) Demi menjaga stabilitas ekonomi nasional, dan kelangsungan distribusi komoditi nasional,” pungkas Carmelita.

Sama seperti industri pelayaran, kegiatan operasional sektor industri logistik juga dipengaruhi oleh harga minyak. Hanya saja, tren kenaikan harga minyak mentah yang berlaku belum memiliki dampak bagi pelaku industri logistik, sebab BBM yang digunakan dalam kegiatan rantai pasok, yakni solar subsidi dan juga Pertalite, belum mengalami kenaikan.

“Selama pemerintah apapun yang terjadi melindungi atau tetap mensubsidi bahan bakar solar, bio solar, plus Pertalite, dampak kepada biaya logistik tidak naik, asal stoknya ada ya,” ujar Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto kepada Kontan.co.id (19/4).

Oleh karenanya, Mahendra berharap pemerintah tidak menaikkan harga solar subsidi dan Pertalite dan menjaga keamanan distribusi dan pasokannya. Mahendra berujar, biaya BBM memiliki porsi yang cukup besar dalam biaya logistik, sehingga kenaikannya bisa menaikkan harga barang-barang yang ada.

“Dalam biaya logistik itu, 30%-50% itu biayanya biaya BBM. Bayangin aja kalau BBM naik itu dia mempengaruhi biaya logistik, kalau biaya logistik berarti mempengaruhi harga barang,” terang Mahendra.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×