kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Harga Murah Tak Jamin Penjualan EV Tumbuh Pesat


Jumat, 01 Agustus 2025 / 20:17 WIB
Harga Murah Tak Jamin Penjualan EV Tumbuh Pesat
ILUSTRASI. Ilustrasi penawaran mobil listrik baru ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025, ICE BSD, Tangerang (30/7/2025). KONTAN/Muradi2025/07/30


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat terjadi tren penurunan penjualan battery electric vehicle (BEV) sejak awal tahun. Rupanya tawaran harga murah tak cukup meningkatkan minat beli masyarakat. 

Pada Januari 2025, Gaikindo mencatat penjualan whole sales BEV mencapai 2.517 unit. Pada bulan Februari angkanya meningkat menjadi 5.183 unit, lalu meningkat lagi menjadi 8.850 unit pada bulan Maret. 

Namun, mulai April angkanya menurun ke 7.400 unit. Pun, penurunan terjadi lagi di bulan Mei menjadi 6.391 unit dan bulan Juni menjadi 5.501 unit.

Padahal, sejumlah produsen mulai berani mengeluarkan EV dengan harga murah di bawah Rp 500 juta. Misalnya saja produsen China JAECOO dengan SUV J7 SHS yang dibanderol seharga Rp 499 juta per unit dan Wuling dengan New Air EV yang berada di kisaran harga Rp 184 juta hingga Rp 252 juta per unit.

Baca Juga: JAECOO J5 EV Meluncur di GIIAS 2025, Harga Mulai Rp 350 Juta

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menilai, sayangnya harga murah masih tak cukup meyakinkan konsumen untuk melakukan pembelian. 

“Infrastruktur tetap penting, apalagi ini teknologi baru yang membuat anxiety masyarakat masih tinggi,” kata Kukuh kepada Kontan, Jumat (1/ 8/2025). 

Menurutnya, harga murah memang dapat menarik minat konsumen, tetapi tetap terbatas pada kota besar dengan infrastruktur pendukung yang lumayan memadai. Tak heran jika pasar EV masih terkonsentrasi di kota-kota besar. 

Khusus di Jakarta, masyarakat umumnya membeli EV untuk mengantisipasi peraturan lalu lintas. Namun di kawasan lain yang masyarakatnya tak memiliki urgensi dengan EV, tentu harga murah tak cukup menarik minat dengan infrastruktur yang belum memadai. 

Baca Juga: Pasar Mobil EV Makin Ketat, Begini Strategi Wuling Memikat Konsumen

Kukuh bilang infrastruktur selalu menjadi tonggak penting dalam otomotif. Masalahnya, perkembangan infrastruktur otomotif di Indonesia cenderung lambat. “Saat ini saja masih banyak kecamatan yang belum punya SPBU,” kata Kukuh. 

Di tengah adu harga murah yang terjadi, Kukuh bilang masih sulit memetakan persaingan EV di Indonesia. Maklum, EV memang barang baru yang masih dipantau trennya. 

Namun secara keseluruhan, Kukuh menjelaskan bahwa konsumen bakal cenderung memperhatikan track record produsen. Jadi, harga murah tak serta merta mendorong konsumen ringan tangan melakukan pembelian.

“Konsumen akan memperhatikan daya tarik teknologi yang ditawarkan dan historis produsen dalam memberikan pelayanan purna jualnya nanti. Nah ini yang masih harus diuji. Kalau sekarang mungkin selisih harga dan fitur tak jauh berbeda,” katanya. 

Baca Juga: GIIAS 2025 Banjir Diskon Mobil Listrik, Wuling Air ev Turun Hingga Rp 80 Juta

Selanjutnya: Berikut Cegah Penyakit Jantung Dengan Cara CERDIK

Menarik Dibaca: Berikut Cegah Penyakit Jantung Dengan Cara CERDIK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×