Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Produsen tahu dan tempe mendesak pemerintah segera memberlakukan harga patokan pembelian dan harga patokan penjualan untuk
komoditas kedelai selama 2013. Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menjanjikan beleid tersebut rampung pada akhir Januari kemarin.
Ketua II Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Sutaryo, mengatakan, saat ini, harga kedelai terus terkerek hingga
mencapai Rp 7.500 per kilogram (kg). Harga ini meningkat 15,38% dibandingkan posisi awal tahun yang masih di kisaran Rp 6.500 per kg.
"Kami mengharapkan HPP (harga patokan pembelian) kedelai tersebut segera dikeluarkan sehingga ada kepastian usaha bagi para perajin," tutur
Sutaryo, Selasa (12/2).
Dia menambahkan, apabila kebijakan HPP tersebut tidak segera dikeluarkan, maka fluktuasi harga kedelai dalam kurun waktu singkat sangat mungkin akan terjadi. Di awal tahun ini, ketergantungan para produsen tahu dan tempe terhadap komoditas kedelai impor semakin tinggi. Pasalnya, rata-rata petani kedelai dalam negeri hanya menanam tanaman ini pada saat musim kemarau yakni sekitar Juli.
Seperti diketahui, lebih dari 90% total kebutuhan kedelai dalam negeri terserap untuk industri tahu dan tempe. Sisanya dimanfaatkan untuk industri kecap dan tauco.
Kebutuhan bahan baku kedelai untuk perajin tahu dan tempe ini mencapai 132 ton per bulan. Jumlah koperasi tahu dan tempe (Kopti) yang tersebar di 18 provinsi tercatat mencapai 177 unit usaha.
Seperti diketahui, mayoritas kebutuhan kedelai untuk para perajin tahu dan tempe berasal dari impor. Dari kebutuhan kedelai tahun lalu yang
seberat 2,1 juta ton, impor kedelai Indonesia mencapai 1,5 juta ton. Sedangkan pasokan dari dalam negeri hanya sekitar 744.000 ton.
Dalam upaya menyiasati fluktuasi harga kedelai, para perajin tahu dan tempe mesti mengatur strategi bisnis agar tidak menderita kerugian. Selain menaikkan harga tahu dan tempe, para perajin juga perlu mengurangi ukuran produknya.
Selain di Jakarta, kenaikan harga kedelai terjadi di Jawa Barat. Di wilayah tersebut, harga komoditas kedelai bergerak di kisaran Rp 7.400 per kg. Harga ini meningkat 17,4% dibandingkan posisi pada pertengahan tahun lalu yang masih berkisar Rp 6.300 per kg hingga Rp 6.400 per kg.
"Kalau harga kedelai menyentuh Rp 8.000 per kg ditingkat eceran, maka tidak akan ada produksi lagi," tutur Asep Nurdin, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jawa Barat.
Oleh sebab itu, para perajin tahu dan tempe setempat mengharapkan pemerintah segera mengeluarkan kebijakan HPP kedelai tersebut.
Dibandingkan tahun lalu, harga tempe di Jawa Barat mengalami kenaikan sekitar Rp 1.000 per kg. Bila awal tahun lalu, tempe masih dihargai Rp 7.000 per kg, kini naik menjadi Rp 8.000 per kg.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan penetapan HPP kedelai disesuaikan berdasarkan harga kedelai internasional, harga
kedelai lokal dan tingkat inflasi. Dan untuk impor kedelai tidak hanya diberian kepada Bulog saja, tetapi juga kepada perusahaan swasta yang
telah memiliki izin sebagai importir terdaftar (IT).
Kebijakan HPP kedelai tersebut berlaku untuk industri berbasis tahu dan tempe, namun dikecualikan untuk produk kedelai lain seperti kecap,
bungkil kedelai dan susu.
"Pendekatan kami bukan pada stok, tetapi tata niaga yang diatur," ungkap Bayu. Walaupun demikian, Bayu masih enggan menyebutkan berapa harga dasar untuk pembelian maupun penjualan kedelai ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News