kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga premium turun, pasar mobil tetap berat


Sabtu, 03 Januari 2015 / 08:10 WIB
Harga premium turun, pasar mobil tetap berat
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (13/3/2023). KONTAN/Muradi


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Kebijakan pemerintah menghapus subsidi dan menurunkan harga Premium karena harga minyak mentah sedang murah, disambut baik kalangan industri otomotif nasional. Tapi, meskipun harga Premium turun pasar mobil nasional diprediksi tetap berat 2015 ini.

"Orang sangat berterima kasih atas adanya ini (penurunan Premium), tapi untuk pasar mobil nasional masih ada faktor 'X' lain yang mempengaruhinya," jelas Johnny Darmawan, Ketua III Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) kepada KompasOtomotif, Kamis (1/1). 

Harga bahan bakar, jelas Johnny, kerap dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi. Namun, penurunan premium yang terjadi saat ini adalah hukum alam, karena harga minyak mentah global yang lagi menukik tajam.

"Mengapa pertumbuhan mobil akan tetap menurun? Karena banyak faktor lain, paling gampang adalah kredit, bunga Bank Indonesia masih tinggi 7,75%. Mereka (pemerintah) memang mengharapkan agar masyarakat tidak terlalu konsumtif, memang sudah dari awal disampaikan," beber Johnny.

Faktor ini menjadi salah satu hal utama mengapa saat ini sulit berjualan mobil. Beberapa tahun sebelumnya, pasar mobil bisa melesat karena beberapa faktor mendukung kondisi jualan. Mulai dari bunga murah, rupiah menguat, dan daya beli masyarakat membaik.

"Tahun depan sudah bagus pasar mobil flat (1,2 juta unit), masih banyak faktor yang tidak bisa diduga terjadi, tapi memang dalam jangka panjang ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh bagus," tukas Johnny.

Dengan penghapusan subsidi BBM, Johnny berharap pemerintah bisa lebih cepat mendorong infrastruktur dengan pengalihan dana yang terjadi. "Kalau infratsruktur digalakkan, pertumbuhan ekonomi akan baik," tutup Johnny. (Agung Kurniawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×