Reporter: Azis Husaini, Pratama Guitarra | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum juga genap sebulan, PT Vivo Energy SPBU Indonesia, anak usaha PT Vivo Energy Indonesia ternyata tak kuat menanggung harga jual Revvo 89 (Ron 89) sebesar Rp 6.100 per liter. Perusahaan ini memutuskan untuk menaikkan harga jual menjadi Rp 6.300 per liter per Sabtu (4/11).
Vivo berdalih bahwa kenaikan harga itu lantaran harga minyak yang terus naik. Namun demikian harga tersebut masih lebih murah dari bensin premium penugasan di luar Jawa-Madura-Bali (Jamali) Rp 6.450 per liter.
Corporate Communications Vivo, Maldi Al-Jufrie mengatakan, terhitung tanggal 4 November berdasarkan perhitungan keekonomian Vivo maka perusahaan menaikkan harga jual Revvo 89. "Kami menaikkan harga jual produk kami di antaranya Ron 89 dari Rp 6.100 per liter menjadi Rp 6.300 per liter," ungkap dia dalam rilisnya, Sabtu (4/11).
Dia juga menegaskan bahwa Vivo akan senantiasa melakukan penyesuaian atas harga produk-produk Vivo dengan harga minyak dunia, tetapi juga akan memastikan harga keekonomian tetap terjangkau dengan masyarakat.
Maldi juga menyatakan, bahwa pihaknya tetap berkomitmen membangun SPBU di luar wilayah Jawa-Madura-Bali (Jamali) termasuk di daerah 3T walaupun sampai dengan saat ini Vivo secara resmi belum memperoleh penugasan dari pemerintah. "Walaupun pada akhirnya nanti kami akan memperoleh penugasan dari pemerintah, kami berharap pemerintah dapat berlaku adil kepada seluruh pemain di bidang ini," ujarnya
Vivo akan mengoperasikan SPBU kedua di Pulau Seram pada 30 November 2017. "Harga Revvo 89 di Pulau Seram akan sama dengan harga Revvo 89 yang sama dengan wilayah Jamali yakni Rp 6.300 per liter," ujar dia.
Muchammad Iskandar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina mengatakan SPBU Pertamina tidak bisa dibandingkan dengan SPBU Vivo. Sebab dari sisi jumlah saja sudah tidak sebanding. "Kami punya 6.300 SPBU, Vivo satu, di Cilangkap lagi," kata dia.
Dia menyatakan bahwa soal harga jual juga tak bisa dibandingkan. Pertamina menanggung biaya opersional yang tinggi untuk mendistribusikan BBM sampai pelosok dan juga BBM penugasan dengan satu harga. "Untuk biaya operasional BBM satu harga saya harus keluarkan Rp 1 tirliun per tahun," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News