kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga semen di Papua sulit seragam


Jumat, 13 Januari 2017 / 12:26 WIB
Harga semen di Papua sulit seragam


Reporter: Eldo Christoffel Rafael, Pamela Sarnia | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Keinginan Presiden Joko Widodo menyeragamkan harga semen di setiap daerah, termasuk Papua agaknya sulit terealisasi. Beberapa pelaku industri yang dihubungi KONTAN mengatakan, penyeragaman harga bisa dilakukan jika ada intervensi pemerintah.

Andre Wenas, Direktur PT Cemindo Gemilang, salah satu produsen semen bilang, penyamaan harga semen saja mungkin dilakukan, termasuk di Papua. Namun, persoalan harga semen di Papua tergantung dari ongkos angkutan yang mahal.

Sebagai gambaran, harga semen di kota Jayapura, Papua antara Rp 65.000 sampai Rp 70.000 per sak. Jika semen tersebut diangkut ke Wamena, harganya bisa melonjak 10 kali lipat atau bisa menjadi

Rp 1 juta per sak karena ongkos biaya angkut pesawat terlampau tinggi. "Masalah utamanya biaya logistik," kata Andre, kepada KONTAN, Rabu (11/1).
 Andre meminta pemerintah mencarikan solusi terkait biaya kirim tersebut. Cemindo yang merupakan produsen semen merek Merah Putih itu berharap, pemerintah memberikan solusi berupa subsidi atau insentif biaya kirim.

Kondisi yang sama juga disampaikan Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk. Selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Agung menyatakan, selisih harga semen yang teramat tinggi di beberapa daerah di Papua terjadi karena biaya logistik yang mahal.

"Harga semen tak ada masalah. Tapi biaya angkut yang jadi pekerjaan rumah bersama," kata Pupung - panggilan Agung- Rabu (11/1). Soal kemungkinan membangun pabrik semen di Papua, Pupung bilang belum memenuhi syarat keekonomian.

Dalam hitungan emiten berkode dagang SMGR tersebut, kebutuhan semen di Papua baru mencapai 650.000 ton per tahun atau 1% dari kebutuhan nasional. Maka itu, pilihan pembangunan pabrik baru di Papua bukanlah jawaban soal mahalnya harga semen di Papua.

Merujuk data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), penjualan semen terbesar di Indonesia berasal dari Jawa 56%, setelah itu Sumatra 21%, disusul Kalimantan 7,7%, Sulawesi 7,8%, Bali dan Nusa Tenggara 5,6%, Maluku serta Papua sebesar 2,3%.

Sementara itu, Pigo Pramusakti, Sekretaris Perusahaan PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk tak mau berkomentar banyak soal pasar semen di Papua. Pigo beralasan, emiten berkode saham INTP itu tak banyak memasok semen ke Papua. "Yang jelas kami setiap tahun menyuplai 190.000 ton semen ke industri tambang di Papua," kata Pigo, kepada KONTAN (11/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×