kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga TBS turun, petani desak pemerintah revisi pungutan ekspor


Minggu, 18 November 2018 / 21:19 WIB
 Harga TBS turun, petani desak pemerintah revisi pungutan ekspor
ILUSTRASI. Panen kelapa sawit


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Desakan untuk menurunkan biaya pungutan ekspor produk minyak kelapa sawit semakin nyaring. Pasalnya, penurunan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar ekspor telah menekan harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani. Saat ini harga TBS petani berada di kisaran Rp 500 - Rp 1.050 per kilogram (kg). Harga ini rata-rata sudah di bawah biaya operasional yang mencapai Rp 800 - Rp 900 per kg.

Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Rino Afrino mengatakan pihaknya mendesak agar pemerintah secepatnya memutuskan untuk menurunkan biaya pungutan ekspor agar harga TBS di petani tidak terus tertekan. Ia mengatakan saat ini harga TBS di petani di wilayah Sumatra berada di kisaran Rp 750 - Rp 1.050 per kg.

Namun di wilayah Sulawesi dan Papua sudah di bawah biaya operasional yakni antara Rp 500 - Rp 700 per kg. "Kalau petani menjual TBS di bawah Rp 800 per kg itu sudah rugi,"ujarnya, Minggu (18/11).

Anggota Komisi VI DPR Eriko Sotarduga mengatakan, DPR terus mendesak agar pemerintah secepatnay menurunkan pungutan ekspor CPO agar harga TBS di petani kembali naik. "Kalau bisa pungutan ekspor ditiadakan sementara dulu agar harga TBS petani kembali ke harga wajar,"ujarnya.

Selama ini, kata Eriko, banyak pengusaha yang masih menahan CPO-nya di tangki-tangki penimbunan karena memang harga CPO internasional masih rendah. Saat ini harga CPO internasional di kisaran USD 500 per metrik ton. Dengan harga itu, menurut perhitungan Eriko, harga TBS di tingkat petani seharusnya masih sekitar Rp1.300 per kilogram (kg). "Perhitungannya, harga TBS itu 18%-20% dari harga per kg CPO internasional,"imbuhnya

Karena itu, lanjut Eriko, untuk menyikapi anjlognya harga TBS ini, harus ada sinergi yang baik antara pemerintah, pengusaha dan asosiasi petani. Selain itu, perlu ada kolaborasi antara Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Luar Negeri dalam rangka membuka pasar-pasar ekspor baru.

"Kementerian Luar Negeri melalui kedutaan besarnya di luar negeri harus intens membuka  pasar baru. Walaupun volumenya kecil, tidak apa-apa, yang penting dimulai," kata Eriko.

Karena selama ini, Indonesia masih mengandalkan pasar-pasar ekspor tradisional seperti China, India dan Pakistan. Pasar-pasar di kawasan Timur Tengah dan Afrika merupakan pasar potensial untuk dimasuki

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×