kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga teh anjlok, petani beralih tanam komoditi lain


Minggu, 20 November 2011 / 18:32 WIB
Harga teh anjlok, petani beralih tanam komoditi lain
ILUSTRASI. Bansos Kemensos


Reporter: Handoyo | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Luas lahan perkebunan teh terus mengalami penyusutan. Harga pucuk teh yang rendah, menjadi penyebab utama para petani lebih memilih untuk beralih untuk menanam komoditi lain yang lebih menguntungkan.

Wakil Ketua Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo), Jawa Barat, Endang Sopari mengatakan, setiap tahun lahan perkebunan teh rakyat di Jawa Barat mengalami penyusutan hingga 3.000 hektare (ha).

Menurut Endang, tren penyusutan lahan teh terjadi sejak tujuh tahun lalu. Ia mencatat jika tahun lalu luas lahan perkebunan teh rakyat di Jawa Barat seluas 57.000 ha, tahun ini menyusut 1,88 % menjadi 53.000 ha. "Padahal Jawa Barat menyumbang 75% dari produksi teh nasional," kata Endang kepada KONTAN (19/11).

Penyusutan lahan teh ini karena usaha di bidang perkebunan teh tidak cukup menguntungkan dan memenuhi kehidupan sehari-hari. Sehingga banyak para petani teh yang beralih untuk menanam sawit dan sayur.

Sebagai gambaran, harga pucuk teh saat ini berkisar Rp 1.400-Rp 1.600 per kilogram (kg). Sementara harga jual teh ditingkat pabrik Rp 2.000-Rp 2.300 per kg.

Selama ini, para petani teh tidak bisa menjual daun teh sendiri ke pabrik dan harus melalui tangan tengkulak terlebih dahulu. Karena itulah harga daun teh di tingkat petani sangat tertekan.

Mata rantai penjualan daun teh yang panjang ini juga diakui oleh Direktur Pemasaran dan Promosi Dewan Teh Indonesia, Andrew T. Supit. "Hampir seluruh petani menjual daun tehnya kepada tengkulak," kata Andrew Kepada KONTAN (19/11).

Andrew menambahkan, banyaknya petani yang meninggalkan pertanian teh ini karena keuntungan yang didapat relatif kecil. Bayangkan, Harga Pokok Produksi (HPP) untuk 1 kg teh berkisar Rp 1.400, sementara mereka harus menjual kepada tengkulak Rp 1.400-Rp 1.800 per kg.

Selain lahan perkebunan teh yang menyusut, sekitar 70%-80% merupakan perkebunan teh berusia tua atau patut di rehabilitasi. "Semakin tua usia tanaman teh, produktivitasnya juga menurun," ungkap Andrew.

Melihat kondisi perkebunan teh saat ini, Andrew pesimistis target Kementerian Pertanian mematok produksi teh sebesar 171.000 ton tahun ini tidak akan terealisasi. Sebagai catatan produksi teh nasional tahun 2010 lalu mencapai 150.342 ton dengan areal tanam seluas 124.573 hektare (ha).

Jumlah panen ini lebih rendah ketimbang produksi teh tahun 2009 lalu yang mencapai 157.000 ton dengan total luas kebun 123.506 ha. Jawa Barat menyumbang 75% dari produksi teh nasional.

Saat ini, rata-rata produksi teh di Jawa Barat belum optimal, karena untuk 1 ha lahan perkebunan teh rakyat hanya ditanami 30.000-60.000 pohon teh. Padahal idealnya 1 ha lahan perkebunan ditanami 10.000 pohon.

Gamal Nasir, Direktur Jenderal Perkebunan Kemtan, pernah mengatakan, salah satu kelemahan teh Indonesia adalah tingkat produktivitas yang rendah. Idealnya, satu hektare (ha) areal teh bisa menghasilkan 8.000-10.000 ton per tahun. Namun produksi teh kita baru mencapai 7.000 ton per ha per tahun.

Seiring masuknya musim penghujan yang mulai mengguyur di bulan November ini, para petani khawatir harga jual pucuk daun teh menjadi semakin rendah lagi. Endang bersama petani teh yang lain berharap jika datangnya musim penghujan tidak menjadikan harga anjlok hingga Rp 800 per kg yang terjadi pada awal tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×