kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.913   12,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Harga tepung terigu naik, industri mamin belum kerek harga jual


Senin, 14 Januari 2019 / 19:50 WIB
Harga tepung terigu naik, industri mamin belum kerek harga jual


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2018 harga gandum mengalami kenaikan. Akibatnya harga tepung terigu ikut naik. Dengan kenaikan harga bahan baku terigu, industri makanan pun ikut terkena dampak turunan.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menjelaskan, untuk industri makanan kecil dan menengah (IKM) yang akan terkena dampak langsung. Hal ini karena daya tahan industri ini tidak cukup besar untuk mengatasi gejolak kenaikan harga bahan baku tersebut. "Stok terigu mereka minim. Mereka langsung kalkulasi untuk menaikkan harga jual," kata Adhi kepada Kontan.co.id, Senin (14/1).

Sedangkan untuk industri menengah dan besar menurutnya belum menaikkan harga jual. Perusahaan lebih memilih untuk mengurangi margin ketimbang merubah harga jual.

Adhi mengaku Gappmi sudah konfirmasi ke pelaku industri tepung terigu kenaikan gandum di tahun lalu lebih ke arah fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS).

Sedangkan untuk tahun ini industri tepung terigu memilih untuk menaikkan harga karena harga gandum global yang terus naik. "Tahun lalu industri tepung terigu sudah naik 2% harga jualnya. Tapi untuk tahun ini mereka belum putuskan persentase kenaikan harga jualnya," kata Adhi.

Di industri makanan menurutnya tepung terigu jadi salah satu bahan utama di banyak produk. Di level IKM, digunakan untuk industri kue rumahan misalnya. Sedangkan di industri menengah besar dapat di industri mie instan maupun biskuit.

Adapun untuk tahun ini Gapmmi memprediksi permintaan sektor industri makanan dan minuman (mamin) akan tumbuh single digit seperti tahun 2018. Tahun lalu diprediksi industri naik 8% sampai 9%. Untuk itu tahun 2019 angka 8% sampai 9% masih jadi patokan pertumbuhan.

Dalam kondisi global, menurutnya Bank Dunia melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stabil di angka 5,2%. Seperti tahun 2018. Sedangkan kondisi politik dalam masa Pemilu membuat tidak ada kebijakan baru yang bisa mendongkrak permintaan.

Alhasil industri mamin tetap akan stabil. "Kita berkaca di pemilu 2014 tidak ada perubahan signifikan di industri mamin. Dan kami prediksi 2019 akan seperti itu," jelasnya.

Sementara itu Head of Corporate and Marketing Communication Orang Tua (OT) Group, Harianus Ikhtiar Zebua menjelaskan kenaikan harga terigu tahun lalu cukup berpengaruh pada biaya produksi Orang Tua Group. Kenaikan harga terigu tersebut dinilai cukup tinggi.

"Kami berupaya untuk tetap mempertahankan standar kualitas produk-produk kami, dengan upaya misalnya mencari sumber-sumber supply baru dan upaya-upaya efesiensi lainnya yang tidak mengorbankan standard kualitas produk," kata Harianus kepada Kontan.co.id, Senin (14/1).

Untuk kebutuhan tepung terigu, saat ini OT membeli secara impor maupun dari dalam negeri. Menurutnya sampai saat ini produsen wafer Tango ini menilai masih belum menaikkan harga jual produk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×