Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hilirisasi batubara dinilai dapat menopang resiliensi perekonomian daerah terhadap harga komoditas global, khususnya bagi daerah yang tergantung pada batubara seperti Kalimantan.
Amanlison Sembiring, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan mengatakan, Kalimantan memiliki kontribusi signifikan terhadap produksi batubara nasional, di mana pangsanya sebesar 85,28% terhadap produksi nasional.
Secara spasial, produksi batubara di Kalimantan pada triwulan II 2021 tertinggi di Kalimantan Timur dengan 56,45%, disusul Kalimantan Selatan 35,10%. Tujuan dan pangsa ekspor batubara Kalimantan sejalan dengan Nasional karena ekspor batubara nasional 90% nya merupakan produksi Kalimantan.
Tingginya harga batubara global saat ini terus mendorong optimisme produksi batubara hingga akhir tahun.
Namun Amanlison menyayangkan, saat ini batubara masih dijual mentah sehingga belum memberikan nilai tambah yang optimal terhadap PDRB Kalimantan. Dengan demikian, dia menegaskan, hilirisasi batubara harus dilakukan.
Baca Juga: Cadangan batubara Indonesia saat ini mencapai 38,84 miliar ton
"Kami mendapati fenomena di mana provinsi yang memiliki kekayaan alam melimpah tetapi tidak dilanjutkan dengan industri pengolahan cenderung tidak mandiri," kata dia dalam acara Kompas Talk bertajuk "Hilirisasi Batubara untuk Pemulihan Ekonomi" secara virtual, Rabu (1/9).
Maka dari itu, Amanlison menegaskan, hilirisasi batubara akan memberi peluang inovasi bagi industri dan membawa kemakmuran bagi negeri. Percepatan hilirisasi batubara terus dilakukan oleh pemerintah, melalui insentif fiskal maupun nonfiskal.
Bank Indonesia siap mendukung penuh dan bersinergi untuk mengawal transformasi tersebut.
Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor mengatakan perekonomian Kalimantan Selatan dipengaruhi oleh pandemi dan ketergantungan terhadap komoditas batubara dan minyak sawit (CPO).
Sehingga pada 2020 ekonomi Kalimantan Selatan sempat berada di posisi -1,81%. Lalu pada kuartal II 2021, ekonomi Kalsel sudah bangkit kembali di posisi 4,40% seiring dengan penguatan industri batubara dan sawit saat ini.
"Hilirisasi batubara relevan sekali dengan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan karena potensi cadangan batubara di Indonesia salah satunya berada di sini," ujarnya.
Sahbirin mejelaskan, batubara cenderung berperan untuk penerimaan negara. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kalimantan Selatan sekitar 80,02% subsektor minerba berasal dari industri pertambangan batubara. Demikian juga halnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), beberapa daerah penghasil batubara masih sangat dominan mengandalkan industri pertambangan batubara.
Distribusi kualitas batubara di Provinsi Kalimantan Selatan didominasi oleh Batubara Kalori Rendah (19,71%) dan Batubara Kalori Sedang (65,85%) serta Batubara Kalori Tinggi (14,44%) memiliki prospek untuk dilakukan peningkatan nilai tambah (hilirisasi) melalui amanat Pengembangan dan/atau pemanfaatan.
Dwi Pranoto, Asisten Gubernur Bank Indonesia memaparkan, pentingnya hilirisasi industri berbasis sumber daya alam (SDA) masuk dalam salah satu dari 3 strategi besar ekonomi Indonesia di masa depan bersama digitlaisasi UMKM dan ekonomi hijau.
Lebih lanjut terkait hilirisasi industri khususnya batubara terdapat tiga poin yang menjadi catatan Bank Indonesia.
Baca Juga: Harga Saham Batubara Sulit Menguat Lantaran Tertekan Sentimen ESG
"Pertama, gasifikasi batubara sejalan dengan tren transisi energi global yang mendukung sustainability development. Gasifikasi batubara akan menjadi energi alternatif masa depan sehingga upaya ini juga bertujuan untuk mengurangi impor bahan bakar, meningkatkan ketahanan energi, dan mengurangi emisi," jelasnya.
Poin kedua, lanjut Dwi, hilirisasi mampu menopang resiliensi perekonomian daerah terhadap dinamika harga komoditas global. Transformasi energi terbarukan yang telah dilakukan Tiongkok selama satu dekade, berisiko dapat mempengaruhi kinerja lapangan usaha pertambangan batubara ke depan bila upaya hilirisasi batubara tidak diakselarasi.
"Kalimantan sebagai pusat batubara Indonesia memiliki peranan strategis dalam hilirisasi batubara," tegasnya.
Poin ketiga, Dwi menjelaskan, rencana proyek gasifikasi batubara seperti proyek coal to methanol di Kalimantan Timur merupakan pionir di Indonesia yang dapat memperkuat local value chain. "Gasifikasi batubara juga berperan mendorong keterkaitan industri domestik," kata Dwi.
Selanjutnya: Investasi energi baru terbarukan (EBT) berpeluang meningkat, berikut pendorongnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News