kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.561.000   59.000   2,36%
  • USD/IDR 16.803   9,00   0,05%
  • IDX 8.590   -55,38   -0,64%
  • KOMPAS100 1.188   -9,28   -0,78%
  • LQ45 851   -9,09   -1,06%
  • ISSI 307   -1,30   -0,42%
  • IDX30 437   -3,00   -0,68%
  • IDXHIDIV20 510   -3,60   -0,70%
  • IDX80 133   -1,36   -1,02%
  • IDXV30 138   -0,55   -0,40%
  • IDXQ30 140   -1,07   -0,76%

HIMKI Dukung Deregulasi dan Insentif untuk Pertumbuhan Ekspor Industri Furnitur


Selasa, 23 Desember 2025 / 12:49 WIB
HIMKI Dukung Deregulasi dan Insentif untuk Pertumbuhan Ekspor Industri Furnitur
ILUSTRASI. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyatakan dukungan terhadap opsi deregulasi dan insentif untuk mendorong pertumbuhan ekspor industri furnitur.(Dok/Kemendag)


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyatakan dukungan terhadap opsi deregulasi dan insentif untuk mendorong pertumbuhan ekspor industri furnitur.

Hal ini seiring dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang disebut telah mendiskusikan akses pendanaan dengan bunga yang lebih kompetitif bagi para pelaku industri, serta penguatan industrialisasi berbasis sumber daya alam dalam negeri, seperti rotan.

Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, menilai akses pendanaan tersebut krusial mengingat industri furnitur merupakan industri padat karya dan padat modal kerja.

Baca Juga: HIMKI Proyeksi Ekspor Industri Furnitur Bisa Tembus US$ 6 Miliar pada 2026

“Skema pembiayaan yang dirancang khusus untuk ekspor, berbasis purchase order, akan jauh lebih efektif dibandingkan subsidi fiskal langsung karena berfungsi sebagai leverage ekspor,” ujar Sobur kepada Kontan, Senin (22/12/2025).

Selain itu, ia mengatakan penguatan industrialisasi berbasis rotan juga dipandang strategis selama disertai dengan kepastian pasokan, efisiensi fiskal–kepabeanan, serta integrasi yang kuat ke rantai nilai ekspor.

Secara keseluruhan, menurut Sobur, upaya paling efektif untuk mendorong daya saing industri furnitur nasional adalah kombinasi kebijakan pembiayaan murah, deregulasi yang konsisten, serta penguatan ekosistem industri secara menyeluruh. “Bukan kebijakan yang bersifat parsial,” imbuhnya.

Sebab, Sobur mencermati bahwa tantangan utama ekspor furnitur Indonesia bukan pada potensi pasar maupun kualitas produk, melainkan pada biaya struktural industri.

Dari sisi ekspor, lanjutnya, biaya pembiayaan (cost of fund) masih relatif tinggi untuk industri padat karya seperti furnitur. “Sehingga membatasi kapasitas produksi dan kemampuan pelaku usaha menerima pesanan ekspor dalam skala besar dan berjangka panjang,” terangnya.

Baca Juga: IKEA Pacu Pertumbuhan Industri Furnitur dan Lifestyle Menjelang Akhir Tahun

Selain itu, Sobur juga melihat pelaku usaha menghadapi beban regulasi, termasuk untuk pengiriman sampel dan prototipe, yang belum sepenuhnya mendukung karakter ekspor furnitur yang berbasis desain dan customized order.

“Kombinasi faktor ini membuat kontribusi Indonesia di pasar furnitur global yang bernilai sekitar US$ 300 miliar masih belum tumbuh optimal, meskipun Indonesia memiliki basis bahan baku dan tenaga kerja yang kuat,” imbuh Sobur.

Selanjutnya: Begini Rekomendasi Saham Bank Saat Tren Likuiditas Makin Kencang

Menarik Dibaca: Rekomendasi 6 Drakor Tentang Nikah Kontrak Lucu dan Manis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×