kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga 2014, ada proyek migas senilai US$ 6,02 miliar


Rabu, 10 Agustus 2011 / 15:32 WIB
Hingga 2014, ada proyek migas senilai US$ 6,02 miliar
ILUSTRASI. Microsoft hapus Adobe Flash Player lewat update terbaru Windows 10, kenapa?


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Edy Can


JAKARTA. Sepanjang 2011 hingga 2014 terhadap 11 proyek minyak dan gas. Dari 11 proyek senilai US$ 6,02 miliar itu, sebanyak sembilannya adalah proyek eksplorasi gas. Sisanya, dua proyek minyak yakni Ujung Pangkah dan di Cepu.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana menjelaskan, proyek eksplorasi minyak Cepu bernilai US$ 1,3 miliar. Menurutnya, proyek di Lapangan Banyu Urip ini akan mencapai puncak produksi pada 2014 mendatang sebesar 165.000 barel per hari. Untuk tahap awal, Gde mengatakan, produksinya akan mencapai 80.000 barel per hari.

Sedangkan untuk proyek minyak Ujung Pangkah Development dengan operator Hess Indonesia, kapasitas produksinya sebesar 20.000 bph dan 150 mmscfd. Proyek Pengembangan Ujung Pangkah direncanakan akan beroperasi pada kuartal ketiga tahun ini.

Untuk gas, Gde mengatakan, lapangan Gajah Baru operator Premier Oil Natuna yang akan segera beroperasi. Rencananya, lapangan yang akan memproduksi gas sebesar 210 mmscfd akan beroperasi pada kuartal IV tahun ini.

Selain itu, ada proyek Terang Sirasun Batur (TSB) dengan operator Kangean Energy dengan kapasitas produksi sebesar 300 mmscfd pada kuartal kedua tahun 2012. "Produksi gas Terang Sirasun Batur dan Ujung Pangkah seluruhnya untuk kebutuhan listrik dan industri di Jawa Timur," jelas Gde, Rabu (10/8).

Temukan cadangan gas

Tidak hanya tahap pengembangan dalam kegiatan eksplorasi, cadangan besar yang berhasil ditemukan umumnya adalah cadangan gas. Misalnya, proyek Masela di laut Arafura dengan operator Inpex kemudian Genting Oil di Blok Kasuari, Papua Barat dan Blok Natuna Timur di Riau. "Kami usulkan supaya nantinya APBN tidak hanya mengandalkan minyak," tutur Gde.

Sementara itu, soal produksi gas yag terus berlimpah, nantinya gas akan diprioritaskan untuk kebutuhan domestik tanpa mengesampingkan ekspor untuk penerimaan negara. Misalnya saja proyek lapangan Ruby dengan operator Pearl Oil Sebuku yang gasnya dialokasikan untuk pabrik Pupuk Kalimantan Timur.

Hanya saja, ia mengingatkan kepada konsumen domestik untuk memperhatikan kelayakan harga agar proyek gas tersebut dapat berjalan. "Dengan kondisi saat ini, harga di bawah US$ 3 per mmscfd sulit dipertahankan karena tidak memungkinkan pengembangan lapangan dapat dilaksanakan," imbuh Gde.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×