kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga 2015, Chandra Asri siapkan investasi US$ 740,5 juta


Minggu, 24 Juli 2011 / 17:47 WIB
Hingga 2015, Chandra Asri siapkan investasi US$ 740,5 juta
ILUSTRASI. Kemendikbud: Tidak semua siswa bisa ikut Asesmen Nasional 2021, ini penjelasannya. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/kye/17.


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Dupla Kartini

BANDUNG. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk menyiapkan investasi senilai US$ 740,5 juta hingga tahun 2015. Dana itu untuk peningkatan kapasitas dan diversifikasi produk yang dihasilkan.

Direktur PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk (TPIA) Suryandi mengatakan, investasi itu direncanakan untuk tujuh program jangka pendek dan menengah hingga 2015.

Investasi yang akan dilakukan salah satunya peningkatan kapasitas produksi pabrik etylene dari 600.000 ton per tahun menjadi 1 juta ton per tahun. Dana yang disiapkan senilai US$ 340 juta. "Produksi komersialnya ditargetkan mulai akhir 2015," kata Suryandi dalam workshop Prospek Industri Petrokimia Indonesia, akhir pekan kemarin.

Pabrik polyethylene juga akan ditingkatkan kapasitasnya dari 336.000 ton menjadi 536.000 ton per tahun. Nilai investasi proyek yang akan selesai pada 2013 itu mencapai US$ 80 juta.

Tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi dari pabrik yang ada, Chandra Asri juga melakukan diversifikasi produk dengan membangun pabrik baru untuk memproduksi butadiene dengan kapasitas 100.000 ton per tahun. Perusahaan juga membangun pabrik Butene-1 untuk produksi LLDPE. Total investasi untuk dua pabrik baru itu mencapai US$ 135 juta. "Target kami pada 2013-2014 pabrik baru sudah beroperasi," kata Suryandi.

Perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia itu juga tengah mencari alternatif penganti bahan baku nafta dengan LPG. Untuk itu mereka telah menandatangani kesepakatan awal dengan Vopak Singapore untuk membangun terminal LPG berkapasitas 1 juta ton. Proyek joint venture senilai US$ 150 juta itu diharapkan selesai pada 2015.

Persiapan Chandra Asri mencari bahan baku pengganti nafta memang sudah saatnya dilakukan mengingat industri petrokimia yang kian kesulitan dalam mengimpor nafta.

Direktur Industri Kimia Hilir Kementerian Perindustrian Tony Tanduk menyebut, pembangunan industri petrokimia berbasis gas akan lebih menguntungkan dalam jangka panjang karena ketersediaan batubara yang melimpah di Indonesia. "Cepat atau lambat, kita akan menuju ke gasifikasi batubara," kata Tony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×