kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga September, penjualan Japfa naik 5,3%


Kamis, 02 November 2017 / 19:39 WIB
Hingga September, penjualan Japfa naik 5,3%


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) membukukan penjualan sekitar Rp 21,6 Triliun pada kuartal III 2017. Angka ini tumbuh 5,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dimana pada kuartal III 2016, penjualan JPFA sekitar Rp 20,6 triliun.

Analis Danareksa Sekuritas, Adeline Solaiman mengatakan pertumbuhan penjualan ini didorong oleh meningkatnya volume penjualan akibat permintaan yang meningkat. "Secara umum revenue-nya meningkat karena didorong oleh volume penjualan," ujar Adeline kepada Kontan.co.id, Rabu (2/11).

Berdasarkan laporan keuangan JPFA, hingga periode ini penjualan produk peternakan dan produk konsumen JPFA sebesar Rp 8,9 triliun atau meningkat sebesar 11,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Penjualan pakan ternak JPFA juga meningkat sebesar 8% menjadi Rp 8,15 triliun, dan penjualan DOC meningkat cukup pesat yakni 17%, menjadi Rp 1,67 triliun dari sebelumnya Rp 1,43 triliun.

Sayangnya, penjualan JPFA di bidang budidaya perairan mengalami penurunan sekitar 12%. Penurunan penjualan juga terjadi di bidang peternakan sapi, dimana penjualan emiten ini menurun sebesar 30% dari Rp 1,49 triliun pada kuartal III 2016, menjadi Rp 1,04 pada periode ini.

Adeline mengatakan, pertumbuhan volume penjualan paka ternak JPFA tumbuh 9,7% secara year on year (yoy), Day Old Chicken (DOC) tumbuh 20% yoy dan volume penjualan broiler naik 13,3%. Dia memprediksi, sampai akhir tahun volume penjualan perusahaan ini masih akan mengalami peningkatan.

Menurutnya volume penjualan pakan ternak akan tumbuh 11% secara yoy, volume penjualan DOC tumbuh 20,6%, dan volume penjualan broiler tumbuh 11,7%.

Meski mencatat peningkatan penjualan, namun perusahaan yang bergerak di industri perunggasan ini mengalami penurunan laba sebesar 46%. Hingga kuartal III, perusahaan ini mencatat laba sebesar Rp 956 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,8 triliun.

Menurut Adeline, terjadinya penurunan laba ini akibat indeks harga unggas yang kurang baik tahun ini, serta harga bahan pokok pakan ternak seperti jagung yang meningkat. Karena itu rata-rata industri pakan ternak unggas mengalami penurunan pendapatan tahun ini.

"Secara umum poultry player itu rugi karena harga produksi pakan ternaknya mahal. Padahal, harga unggas juga menurun," ujar Adeline. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×