Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyatakan bahwa brand ritel asing masih punya peluang besar untuk bertumbuh di pasar Indonesia. Kondisi ini didukung oleh luasnya demografi Indonesia serta masih banyaknya target pasar yang bisa dibidik, terutama kaum milenial.
Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah menuturkan, beberapa brand ritel asing yang cukup ekspansif di Indonesia adalah ritel fesyen Uniqlo dan ritel furnitur asal Swedia, Ikea.
"Kalau untuk merk asing, kita melihat Uniqlo cukup berkembang di Indonesia sebagai PMA, mereka tidak menggunakan operator mereka PMA 100%. Dan kita melihat masih tetap expand, dan ada H&M juga masih berkembang," ujar Budihardjo, kepada Kontan.co.id, Minggu (27/11).
Di sisi lain, sejumlah brand ritel asing ada juga yang mengambil keputusan untuk menyetop operasionalnya di Indonesia. Contohnya ada Giant, yang telah menutup semua gerainya pada akhir 2021 lalu.
Baca Juga: Menjelang Pemilu 2024, Hippindo Proyeksikan Penjualan Ritel Naik 30%-40%
Budi berpendapat, langkah yang diambil Giant merupakan salah satu strategi untuk mengalihkan fokus mereka ke format bisnis lain yang lebih menjanjikan. Di mana, Giant merupakan gerai ritel berkonsep hypermarket yang saat ini pasarnya sudah tidak sebagus dulu.
"Contoh Giant. Giant menutup toko tapi memperkuat Hero Supermarket. Jadi mereka tidak ingin membuat hypermarket tapi supermarket. Kebetulan memang Hero juga bagian dari Giant," tuturnya.
Di samping itu, menurut Budi, pada saat pandemi dua tahun lalu, gerai ritel dengan format besar memang mendapati beragam tantangan, baik itu brand asing maupun lokal. Banyak dari mereka yang tidak sanggup membayar sewa sehingga memutuskan untuk tidak melanjutkan investasi di format besar dan beralih ke format yang lain.
"Itu enggak hanya di Indonesia. Tapi secara umum pada waktu Covid-19 yang formatnya gede-gede gitu memang paling bermasalah karena mereka tidak sanggup bayar sewa. Jadi bukan karena merknya, merk lokal pun akan bermasalah yang besar-besar," jelas Budihardjo.
"Jadi alasan mereka tutup, lebih ke arah unit bisnisnya yang sudah harus dirubah, kalau yang gede-gede kayak hypermarket sudah tidak menarik," sambungnya.
Meksi masih punya peluang besar untuk bertumbuh, para peritel asing mesti menyiapkan sejumlah inovasi agar dapat menembus pasar Indonesia. Seperti brand fesyen misalnya, mereka harus menyuguhkan aksesoris dan pakaian sesuai dengan musim yang ada di Indonesia.
Baca Juga: Bisnis Restoran Cepat Saji Terus Tumbuh, Begini Kata Hippindo
"Jadi harus gunakan baju-baju dua musim, baju casual tipis-tipis karena Indonesia agak panas, gak kayak Eropa," kata dia.
Sampai saat ini brand ritel lokal masih mendominasi di Indonesia. Menurut data Hippindo perbandingannya 70:30 antara ritel lokal dan juga ritel asing yang berada di Indonesia.
Hippindo juga berpandatangan bahwa prospek industri ritel di Indonesia masih sangat bagus ke depannya. Seperti ritel F&B juga tempat-tempat hang out. Begitu juga dengan ritel berformat kecil dan sedang seperti minimarket dan supermarket yang masih cukup ekspansif di Indonesia.
“Yang perlu diwaspadai untuk yang formatnya besar seperti hypermarket harus lebih hati-hati. Kalau sektor kecil minimarket-supermarket itu masih bagus,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News