Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Rencana investasi besar dari Honam Petrochemical Corporation yang sempat terganjal masalah lahan, lambat laun mulai menemukan titik temu. Setelah sempat melewati jalan panjang negosiasi lahan milik PT Krakatau Steel Tbk, salah satu opsi penggunaan lahan secara sewa mulai mendapat tanggapan positif.
Direktur Industri Kimia Dasar Kementerian Perindustrian Tony Tanduk mengatakan, meski belum memiliki keputusan resmi dari Kementerian BUMN terkait lahan milik perusahaan baja plat merah ini, opsi penggunaan lahan dengan cara sewa menjadi pilihan yang realistis. "Mudah-mudahan bentuk realisasinya dalam skema kontrak lahan yang lamanya bisa mencapai 30 tahun," katanya kemarin.
Berlarutnya persoalan lahan pabrik ini memang perlu dipecahkan. Pasalnya, industri petrokimia menempatkan masalah lahan sebagai salah satu dari tiga komponen utama penentu investasi dan produksi, selain bahan baku dan energi.
Industri petrokimia memang memerlukan lahan yang cukup spesifik seperti lokasi yang dekat dengan pelabuhan dengan kedalaman tertentu.
Ia pun yakin masalah lahan ini bisa terealisasi dalam waktu dekat. Sehingga proses pembangunan pabrik Honan bisa dilakukan tahun ini juga. Bila ini terjadi, akan membantu pasokan petrokimia nasional. Asal tahu saja, Indonesia setiap tahunnya mengimpor bahan baku petrokimia senilai US$ 6,5 miliar sampai US$ 7 miliar.
Sekedar catatan, untuk merealisasikan investasi pabrik petrokimia senilai US$ 6 miliar, Honan membutuhkan lahan seluas 100 hektar. Namun anak usaha Honan di Indonesia yakni PT Titan Kimia Nusantara Tbk, baru memiliki lahan seluas 37 hektare.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News