Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Situasi ekonomi dalam negeri yang masih belum stabil, dengan penurunan rupiah terhadap dollar AS, membuat pelaku industri otomotif mengencangkan ikat pinggang. Agar tidak sampai merugi, opsi menaikkan harga jual adalah pilihan terbaik.
Buat produsen yang melakukan produksi secara lokal, kenaikan harga memang bisa ditunda sambil menantikan ekonomi kondusif. Penundaan ini dilakukan dengan menekankan efisiensi produksi. Hanya, model-model yang berstatus impor utuh (CBU) sudah pasti terkena imbas pelemahan rupiah.
"Kalau model impor seperti Honda PCX dan CBR250 sudah pasti tidak bisa kita tahan kenaikannya. Karena CBU, jadi benar-benar tergantung dengan situasi rupiah," jelas Margono Tanuwijaya, Direktur Pemasaran PT Astra Honda Motor (AHM) saat ditemui KompasOtomotif di acara Honda Indonesia Marketeers Festival, di Jakarta, Selasa (24/3).
Margono melanjutkan, model yang diproduksi secara lokal lambat laun juga akan mengalami kenaikan harga. Pasalnya, beberapa komponen juga masih impor dari luar. Ini yang membuat AHM tak kuasa menahan laju harga jual.
"Sebisa mungkin kita tahan kenaikan. Tapi kalau rupiah terus anjlok, mau tidak mau kita juga harus menaikan harga model yang diproduksi lokal. Karena, beberapa komponen kan masih ada yang impor, itu yang membuat beban produksi ikut naik," lanjut pria ramah ini.
Margono belum bisa menyebutkan berapa persentase kenaikan harga model-model yang diproduksi di dalam negeri. Menurutnya, AHM masih harus menganalisa semua sektor, termasuk daya beli masyarakat sebelum menentukan kenaikan harga. (Azwar Ferdian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News