Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Battery Corporation (IBC) bersama dengan tiga produsen sepeda motor listrik, yakni Gesits, Volta, dan Alva menandatangani kerja sama pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Ketiga produsen ini saling berkolaborasi bersama IBC terkait standardisasi baterai motor listrik.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan, standardisasi baterai motor listrik sangat penting untuk segera diterapkan.
Sebab, selama ini perangkat baterai dan fasilitas penukaran atau pengisian baterai yang ada di Indonesia memiliki standar yang berbeda-beda. Hal ini tentu bisa mempengaruhi minat konsumen akhir terhadap produk motor listrik.
Baca Juga: Proyek Baterai EV, ANTM Teken Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat dengan HKCBL
"Produsen selama ini harus merancang baterai sendiri dan itu butuh biaya besar. PLN pun jadi bingung untuk membuat infrastruktur kalau standarnya beda-beda," ungkap dia dalam jumpa pers, Selasa (28/3).
Lantas, dengan adanya standardisasi baterai, diharapkan pengembangan ekosistem motor listrik di Indonesia akan berlangsung lebih cepat.
Nantinya, baik Gesits, Volta, dan Alva akan memiliki standar yang sama untuk baterai dan infrastruktur pengisian baterai yang diibaratkan seperti penggunaan ATM Bersama.
Lebih lanjut, Toto bilang MoU ini merupakan langkah awal bagi IBC dalam memajukan industri kendaraan listrik di Indonesia. IBC pun memprediksi kebutuhan penggunaan baterai kendaraan listrik baik mobil dan motor mencapai 60 GWh hingga 2039.
Sejauh ini, investasi pengembangan baterai kendaraan listrik yang sudah tampak dalam waktu dekat adalah pendirian pabrik baterai oleh Hyundai dan LG Energy Solution di Karawang dengan kapasitas 10 GWh. Artinya, masih ada ruang untuk pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik yang lebih masif di Tanah Air.
Dari sisi motor listrik, tahun 2023 pemerintah memproyeksikan ada 300.000 unit motor listrik yang mengaspal di Indonesia.
Baca Juga: Tak Hanya Konsumen, Berikut Penerima Cuan Program Subsidi Kendaraan Listrik
Dari jumlah tersebut, 50.000 unit merupakan motor hasil konversi, dan 250.000 unit sisanya hasil produksi manufaktur. Dengan proyeksi sebesar itu, populasi motor listrik di Indonesia jelas masih terbatas.
"China memiliki 32 juta motor listrik. Ini yang coba kami capai. Kami ingin tingkatkan penetrasi supaya EV bisa dipakai sehari-hari," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News