Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Battery Corporation (IBC) akan menjadi kendaraan pemerintah mewujudkan komitmen pengembangan proses produksi industri baterai yang terintegrasi, dari hulu ke hilir, untuk nikel dan pengolahan material baterai penting lainnya.
Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2021 ini menjadi pemain kunci pada pengolahan hilir bahan baku baterai, dimulai dengan nikel yang kemudian akan merambah ke pengolahan material lainnya seperti mangan dan kobalt.
IBC menargetkan menjadi perusahaan yang bergerak pada ekosistem EV dan baterai global pada tahun 2030. Perusahaan ini telah melakukan inisiatif untuk menciptakan dan mempercepat adopsi kendaraan listrik (EV) dan sistem penyimpanan energi (ESS), memastikan bahwa pasar Indonesia dapat menyerap kegiatan hilirisasi yang dihasilkan dari sumber daya bahan baku.
Reynaldi Istanto, Direktur Hubungan Kelembagaan mengatakan, untuk membangun ekosistem rantai terintegrasi ini, IBC telah membentuk berbagai kolaborasi dengan mitra global dan tetap terbuka untuk kemitraan lebih lanjut dengan pemain Asean. “Kolaborasi ini sangat penting untuk memperkuat ekosistem EV regional,” kata dia dalam keterangan resminya, Senin (26/8).
Baca Juga: Ikut Indonesia Autovaganza 2024, Aion Beri Kemudahan Pembelian EV ke Konsumen
Dia bilang, fasilitas produksi IBC berada pada posisi yang baik untuk melayani permintaan pasar Asean dengan keunggulan Indonesia dalam baterai berbasis NMC.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa engamanan pasokan bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai harus diperhatikan seiring dengan tren peningkatan signifikan penggunaan keendaraan listrik. Produksi baterai EV diproyeksikan mencapai 8,8 ribu GWh pada tahun 2040 atau meningkat sebesar +19% dari 2040 – 2030 dan +7% dari 2030 – 2040.
Menurut Reynaldi, negara-negara Asean, termasuk Indonesia, memiliki posisi yang kuat dalam hal potensi bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai seperti nikel, bauksit dan timah.
Potensi regional yang dapat dikembangkan bersama melalui kolaborasi yang secara signifikan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi, serta berkontribusi pada transisi global menuju solusi energi yang berkelanjutan.
Baca Juga: Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik Rilis Portal Informasi Industri EV di Indonesia
Reynaldi menyebut, terdapat fokus keberlanjutan yang perlu diperhatikan untuk mendukung implementasi kerjasama regional. Pertama, bidang Industri yang berfokus pada pengembangan berdasarkan potensi terkuat Asean yaitu bahan baterai berbasis nikel. Kedua, bidang rantai pasokan yang berfokus pada pengembangan hilirisasi bahan baku dan produksi bersama bahan baterai lainnya.
“Ketiga, bidang bisnis yang berfokus pada pengembangan industri baterai terintegrasi mulai dari penambangan, peleburan/pemurnian, PCAM, baterai, hingga fasilitas manufaktur EV.” pungkas Reynadi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News