kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

idEA: Mayoritas e-commerce belum meraih profit


Senin, 14 Agustus 2017 / 21:00 WIB
idEA: Mayoritas e-commerce belum meraih profit


Reporter: Tantyo Prasetya | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID- Potensi pasar toko online atau e-commerce di Indonesia memiliki nilai hingga US$ 130 miliar pada tahun 2020. Besarnya potensi tersebut, menyebabkan menjamurnya e-commerce yang tumbuh di Indonesia.

Aulia E. Marinto, selaku Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menyatakan bahwa sejak 2009 para pelaku e-commerce terus mengalami pertumbuhan hingga sekarang. Namun sayangnya, walaupun terus mengalami pertumbuhan, sebagian besar para pelaku industri digital ini masih belum mampu meraih profit.

Alasannya adalah, para pemain terus menerus mengeluarkan modal yang digunakan sebagai investasi untuk pengembangan teknologi informasi maupun untuk kepentingan marketing brand yang mereka bawa.

"Belum ada yang bisa menghasilkan revenue atau profit karena harus investasi terus agar mendapatkan valuasi, dan valuasi dibutuhkan agar bisa mendapatkan investor," terang Aulia saat menghadiri Seminar Nasional di Jakarta, Senin (14/8).

Maka dari itu, sering terdengar para pelaku ecommerce yang melakukan pencarian dana (raise fund) kepada para investor demi meningkatkan valuasi dari e-commerce yang mereka miliki. Semakin besar valuasi yang dimiliki, semakin banyak investor yang berminat menanamkan modalnya di sana.

"Tahap sekarang kita masih dalam tahap valuasi, belum berbicara soal revenue ataupun profit. Para pelaku hingga saat ini masih terus menikmati suntikan dana dari investor," tambah Aulia.

Agar bisa mendapatkan profit, menurut Aulia, para ecommerce membutuhkan waktu hingga 7 tahun. Bahkan jika model bisnisnya adalah marketplace, mereka belum memperhatikan faktor pendapatan maupun laba.

"Amazon saja selama 15 tahun masih negatif," tambah Aulia.

Walau begitu, dengan menjamurnya kehadiran ecommerce di Indonesia membawa efek yang positif bagi masyarakat. Mengingat kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari kepualan, kehadiran ecommerce mampu menekan disparitas harga yang berada di pasaran.

"Efeknya, disparitas harga jadi tidak ada. Harga di Sulawesi dengan Jawa jadi tidak berbeda. Perbedaan harganya tinggal di masalah pengirimannya saja," tambah Aulia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×