kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Impor bahan baku plastik capai 2 juta ton


Rabu, 12 Maret 2014 / 09:07 WIB
Impor bahan baku plastik capai 2 juta ton
ILUSTRASI. Produsen Cat Sherwin Williams Prediksi Tren Warna Cat Rumah 2023 Bernuansa Terakota


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kebutuhan bahan baku untuk industri plastik di Indonesia bisa mencapai 4,3 juta ton per tahun. Namun hingga saat ini, kapasitas produksi di Indonesia masih sekitar 3,9 juta ton per tahun. Dari produksi sebanyak itu, tidak seluruhnya bisa terserap di dalam negeri.

Suhat Miyarso, Wakil Ketua Umum The Indonesia Olefin and Plastic Industry Association (Inaplas) menyampaikan, masih banyak dari kebutuhan bahan baku plastik itu yang diimpor. "Impor bahan baku plastik sekitar 1,5 juta ton-2 juta ton dari total kebutuhan 4,3 juta ton," kata Suhat usai Konferensi Nasional Industri Petrokimia Indonesia, Selasa (11/3). Akibat masih banyak impor, harganya bisa naik 10%-15% per tahun.

Asal tahu saja, produksi bahan baku plastik Indonesia masih tertinggal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand. Di Malaysia, total produksi sebanyak 4 juta ton, Singapura 9,8 juta ton, dan di Thailand bisa mencapai 12,1 juta ton. Belum lagi, "Dari jumlah produksi bahan baku plastik itu, tidak semuanya diserap industri domestik. Ada juga yang diekspor," ujar Suhat.

Sementara itu, untuk menekan impor bahan baku dan meredam kenaikan harga tersebut, menurut Amir Sambodo, Ketua Umum Inaplas, solusi yang bisa diambil adalah dengan membangun kilang minyak baru di dalam negeri. Cara ini sekaligus bisa mengurangi ketergantungan industri petrokimia dari impor.

Saat ini, nilai impor produk petrokimia dari hulu sampai dengan ke industri hilir sudah mencapai US$ 8 miliar per tahun. "Butuh tiga kilang minyak lagi. Misalnya di Banten, Tuban, dan Kalimantan di sekitar Bontang. Saat ini, pasokan bahan baku untuk petrokimia hanya dari kilang Pertamina di Cilacap, Dumai, Balongan, Balikpapan, dan sedikit dari Plaju," ujar Amir.

Untuk investasi petrokimia, Amir menargetkan, di 2017 mendatang, akan ada investasi di sektor Petrokimia yang bisa mencapai US$ 17 miliar. Salah satu pasokan berasal dari rencana pembangunan pabrik Naptha Cracker oleh Honam Petrochemical Corporation dan beberapa investor lain yang juga akan mengembangkan pabriknya.

Amir meyakinkan, industri petrokimia akan terus berkembang, sebab plastik, kemasan, dan tekstil membutuhkan bahan baku petrokimia. "Targetnya pertumbuhan petrokimia tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi atau minimal 3%-5%," katanya.

Meski demikian, Amir mengatakan, industri ini masih dihadapkan dengan hambatan cukup berat, seperti belum ada integrasi antara industri hulu dengan industri hilir atau produk jadi. Selain itu, utilisasi yang rendah dan biaya infrastruktur dan logistik yang tinggi merupakan hambatan bagi industri petrokimia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×