Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Importir buah dan sayuran bisa bernapas lega setelah rencana penutupan Pelabuhan Tanjung Priok ditunda hingga tiga bulan ke depan. Meski begitu, mereka masih berharap pemerintah bersedia untuk selalu membuka pelabuhan tersebut sebagai pintu masuk komoditas hortikultura hingga seterusnya.
Seperti diketahui, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 88, 89, dan 90 Tahun 2011 melarang 47 komoditas hortikultura masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok mulai 19 Maret. Belakangan, pemerintah akhirnya menunda pemberlakuan beleid tersebut hingga 19 Juni mendatang.
Taufik Mampuk, Manajer Impor PT Mitra Sarana Purnama, perusahaan pemasok buah-buahan impor, mengatakan, pihaknya menyambut positif kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pada awal pekan ini. Bahkan, sejak diputuskan Pelabuhan Tanjung Priok tetap terbuka sebagai pintu masuk, pihaknya langsung melakukan transaksi untuk mendatangkan pasokan buah impor.
Dia bilang, dalam waktu dekat ini perusahaannya akan mengorder buah pear dari China dan anggur yang berasal dari Chili dengan kapasitas masing-masing sebanyak lima kontainer. "Tiga pekan terakhir kami tidak berani mengorder buah impor karena ketidakjelasan aturan," kata Taufik kepada KONTAN, Kamis (8/3).
Menurut dia, akibat tidak adanya order pasokan buah selama tiga minggu tersebut pihaknya merugi dengan penurunan pasokan komoditas sebanyak 15% dari jumlah order yang mencapai 150 kontainer per tahun. Adapaun transaksi per kontainernya mencapai Rp 200 juta hingga 300 juta.
Dengan demikian, pihaknya berharap pemerintah mau membatalkan Permentan tersebut, yakni dengan menyiapkan infrastruktur di Pelabuhan Tanjung Priok agar dapat memenuhi standar sebagai pintu masuk komoditas hortikultura impor untuk selamanya. "Alasan Priok ditutup kan karena fasilitas karantina tidak memadai, kami harap dalam tiga bulan ini benar-benar dipersiapkan pemerintah," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rachmat Pambudy mengatakan, pihaknya kecewa dengan keputusan yang diambil pemerintah saat ini. Pasalnya, pintu masuk produk impor justru menjadi semakin banyak sehingga dapat mengganggu produksi komoditas lokal.
Rachmat mengusulkan, pintu masuk yang paling ideal untuk buah dan sayuran impor yaitu Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Soekarno Hatta, asalkan pintu masuk di daerah lain juga ditutup pemerintah. "Barang impor cukup satu pintu masuk, yaitu di Jakarta. Pemerintah tinggal menyiapkan sarana dan prasarananya dalam tiga bulan ini," imbuh dia.
Dia bilang, dalam Permentan 88, 89, dan 90 Tahun 2011 disebutkan bahwa komoditas hortikultura hanya dibolehkan masuk melalui empat pintu, yakni Pelabuhan tanjung Perak, Pelabuhan Makasar, Pelabuhan Belawan Medan, serta Bandara Soekarno Hatta. Padahal, pintu masuk di daerah tersebut tidak mungkin karena dekat dengan sentra pertanian dan perkebunan.
Misalnya saja, Pelabuhan Belawan Medan berdekatan dengan sentra perkebunan jeruk. Ataupun, Pelabuhan Tanjung Perak yang berdekatan dengan sentra bawang merah dan apel. "Apalagi pintu masuk lewat Tanjung Perak mendapat pertentangan dari pemerintah dan petani setempat. Solusinya, hanya Jakarta sebagai pintu masuk komoditas impor," kata Rachmat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News