Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inacraft 2025 menjadi ajang peluncuran batik ramah lingkungan hasil kolaborasi Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), WWF-Indonesia, RSPO, APICAL, CECT Universitas Trisakti, Daemeter, dan Control Union.
Batik ini menggunakan lilin berbasis kelapa sawit berkelanjutan, menggabungkan warisan budaya dengan praktik ramah lingkungan, serta mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
WWF-Indonesia mendorong praktik berkelanjutan melalui pelatihan kepada FPKBL dalam penyusunan rencana aksi dan sertifikasi RSPO.
Baca Juga: Solusi Berbasis Alam Potensial untuk Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
WWF-Indonesia juga mendampingi proses audit Supply Chain Certification Standard (SCCS) untuk memastikan kepatuhan terhadap standar RSPO. Batik ini diharapkan menjadi pilihan bagi konsumen yang peduli terhadap lingkungan dan mendorong adopsi praktik keberlanjutan di industri.
“WWF-Indonesia meyakini bahwa sawit yang dikelola secara berkelanjutan tidak merusak lingkungan. Penting untuk mendorong praktik keberlanjutan agar konsumen memiliki pilihan produk ramah lingkungan,” ujar Angga Prathama Putra, Sustainable Commodities Lead WWF-Indonesia dalam keterangannya, Rabu (5/2/2025).
APICAL, sebagai pengolah minyak nabati berkelanjutan, memanfaatkan Hydrogenated Palm Stearin (HPS) sebagai bahan baku lilin batik.
Baca Juga: Indodax Short Film Festival 2024 Jadi Ajang Kreativitas Sineas Muda Indonesia
HPS merupakan salah satu dari berbagai produk turunan kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri, termasuk kosmetik, pakan ternak, dan bahan bakar.
“Kelapa sawit memiliki potensi besar dalam diversifikasi produk, mulai dari kebutuhan rumah tangga hingga industri penerbangan,” kata Prama Yudha Amdan, Head of Corporate Communications Apical Group dalam keterangannya, Rabu (5/2/2025).
Ia menambahkan bahwa hilirisasi industri kelapa sawit telah berjalan lebih dulu dibanding sektor lainnya dan memberikan manfaat ekonomi bagi berbagai lapisan usaha, termasuk perajin batik.
Baca Juga: Solusi Berbasis Alam Potensial untuk Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
RSPO mendukung inovasi penggunaan HPS dalam industri batik sebagai bagian dari upaya memperluas penerapan standar keberlanjutan.
“Ketika standar keberlanjutan diterapkan di seluruh rantai pasok, peluang baru terbuka bagi berbagai industri, termasuk sektor kreatif,” ujar M. Windrawan Inantha, Deputy Director Market Transformation RSPO.
Sejak 2022, RSPO bekerja sama dengan FPKBL dalam mengembangkan formula batik berbasis produk turunan sawit berkelanjutan.
Kolaborasi ini mencakup keanggotaan FPKBL di RSPO, peningkatan kapasitas anggota, penggunaan minyak sawit bersertifikasi RSPO, serta strategi pemasaran berbasis keberlanjutan.
Inovasi ini diharapkan menjadi model bagi industri lain dalam menerapkan praktik bisnis berkelanjutan.
Selanjutnya: CTRA Raih Marketing Sales Rp 11,02 Triliun Sepanjang 2024, Simak Rencana Bisnis 2025
Menarik Dibaca: Dukung Kebutuhan Pria, Barsten Hadirkan Produk Perawatan Wajah dan Parfum
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News