Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Pasca menjadi badan usaha milik negara, produsen aluminium PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sudah menyusun rencana jangka menengah hingga 2019-2020. Ada lima rencana ekspansi dari hulu hingga ke hilir yang disiapkan Inalum.
Pertama, mengoptimalisasi dan meningkatkan efisiensi produksi kapasitas terpasang. Dengan tujuan, mengejar target produksi 300.000 ton ingot per tahun mulai 2018. Saat ini, produksi ingot Inalum mencapai 260.000 ton per tahun, dengan tingkat utilisasi produksi sekitar 95%.
Sebagai informasi saja, ingot adalah aluminium yang telah ditambahkan paduan sehingga siap untuk dilebur.
Kedua, ekspansi di bisnis hilir dengan memproduksi aloy atau aluminium aloy, yang tak lain adalah hasil olahan dari ingot. Tujuan Inalum adalah mendiversifikasi produk yang mereka jual.
Ketiga, membangun smelter tempat pengolahan mineral mentah anyar. Inalum ingin menambah dua smelter yang masing-masing berkapasitas olahan 100.000 ton ingot per tahun. Jika dua smelter itu rampung, total kapasitas produksi perusahaan itu adalah 500.000 ton ingot per tahun.
Pembangunan smelter ini bukan tanpa alasan. Selama ini Inalum memenuhi bahan baku ingot yakni alumina dengan mengimpor. Padahal bahan baku alumina adalah bauksit yang notabene banyak diproduksi di dalam negeri.
Agus Tjahajana, Presiden Komisaris Indonesia Asahan Aluminium (28/10) bilang, bauksit dari Indonesia diekspor ke luar negeri lalu diimpor lagi berupa alumina. Makanya salah satu ekspansi Inalum adalah membangun smelter pengolahan alumina. Inalum membutuhkan dana hingga US$ 2 miliar untuk membangun smelter itu.
Keempat, ekspansi di hulu bisnis. Caranya, Inalum akan membangun pabrik calcined petroleum coke (CPC). CPC adalah salah satu komponen pendukung dalam proses pengolahan di smelter. Nilai investasi pembangunan pabrik itu sekitar US$ 30 juta.
Kelima, membangun pembangkit listrik tenaga batu bara. Tujuannya untuk menyokong kebutuhan energi di pabrik-pabrik Inalum.
Sayang, atas kelima rencana dan ekspansi jangka menengah itu, Agus belum mau blakblakan perihal total dana investasi yang diperisiapkan.
Agus memilih menjelaskan proyeksi kinerja Inalum tahun ini. Menilik kinerja hingga September 2014, dia optimistis Inalum bisa mencetak pendapatan US$ 590 juta. Dari pendapatan segitu, Inalum berpotensi mencuil laba bersih sekitar US$ 140 juta.
Sumber pendapatan utama Inalum jualan ingot. Dasar optimisme Inalum bisa mencetak kinerja itu lantaran pasar produk aluminium dalam negeri masih luas dan harganya di pasar komoditas internasional masih baik.
Sebanyak 80%-90% produksi ingot perusahaan itu dijual di pasar dalam negeri. "Sisanya akan kami tender. Kami tidak tahu itu mau diekspor kemana. Bisa juga ke negara Jepang," ujar Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News