Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Indonesia Asahan Alumunium akan mengelontorkan investasi sebesar US$ 1,9 miliar sampai 2019. Investasi sebanyak itu rencananya digunakan untuk membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter), dan pengembangan fasilitas pelabuhan.
Winardi, Direktur Utama Inalum mengatakan, untuk membangun PLTA dialokasikan sebesar US$ 700 juta-US$ 750 juta dan US$ 1,2 miliar untuk pembangunan smelter. Diharapkan dengan dana itu maka kapasitas produksi Inalum akan berlipat. Tahun 2019 perusahaan menargetkan kapasitas produksi menjadi 500.000 ton per tahun, naik dari saat ini sekitar 250.000-260.000 ton per tahun.
Untuk mencapai itu diperlukan tenaga listrik dan bahan baku yang mencukupi. "Kami butuh bahan bakunya dua kali lipatnya yaitu 1 juta ton. Bahan baku kebanyakkan masih impor dari Tiongkok," ujarnya, Jumat (13/6).
Untuk pembangunan PLTA, Inalum masih melakukan studi kelayakan sehingga bisa dimulai pada awal tahun depan. PLTA itu berkapasitas 600 megawatt itu akan berlokasi di Asahan, Sumatera Utara. Dari total pembiayaan yang diperlukan, sebanyak 30%-35% berasal dari kas sendiri.
Sementara itu mengenai pembangunan smelter, Winardi memperkirakan pembangunan baru mulai dilakukan pada 2015 atau 2016. Untuk memuluskan pendanaan, Winardi tidak menurtup kemungkinan untuk melepas saham ke publik pada 2016. Apalagi sejak resmi menjadi BUMN per 21 April 2014, Inalum tidak lagi memiliki keharusan melakukan ekspor sebesar 60% ke Jepang sehingga akan fokus ke dalam negeri.
Agus Tjahajana, Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian mengaku yakin produksi alumunium Inalum bakal terserap pasar. "Saat ini permintaan alumunium di Indonesia itu 700.000-800.000ton per tahun. Kita punya produksi 250.000, tentu terserap," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News