Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tendi Mahadi
Selanjutnya, Kemenperin fokus pengoptimalan implementasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). “Selain itu, diperlukan penguatan ekspor dan substitusi impor, di antaranya melalui diversifikasi industri unggulan untuk ekspor serta membuka secara agresif pasar-pasar baru untuk produk industri, paparnya.
Agus menambahkan, kementeriannya juga turut mendorong peningkatan investasi di sektor industri, yang meliputi perbaikan kemudahan perizinan, promosi investasi, dan fasilitasi pemberian insentif. "Selama lima tahun ke depan, kami telah mengidentifikasi rencana investasi sektor industri sebanyak 81 proyek dengan nilai total Rp 921 triliun dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 125 ribu orang," ungkapnya.
Baca Juga: Sejumlah emiten BUMN farmasi lakukan natural hedging menghalau pelemahan rupiah
Menperin optimistis, apabila jurus jitu tersebut terlaksana dengan baik, target pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 5,3% pada tahun 2020 bisa tercapai. Sementara itu, kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap total PDB nasional dibidik hingga 17,8% sepanjang tahun ini. Berikutnya, kontribusi ekspor produk industri terhadap ekspor nasional akan mencapai 72,2% pada tahun 2020.
Menanggapi hasil survei PMI Februari 2020, Bernard Aw selaku Kepala Ekonom IHS Markit mengatakan, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan tentatif pada bulan Februari, dengan data PMI menunjukkan perbaikan pertama pada kondisi operasional dalam delapan bulan. Namun demikian, kenaikan indeks headline dipengaruhi oleh goncangan negatif pada rantai pasokan.
“Sementara itu timbul kekhawatiran terkait dengan rantai pasokan. Data survei menunjukkan penurunan tajam pada kinerja pemasok selama hampir tiga tahun, yang sering kali dikaitkan dengan hujan lebat dan kekurangan bahan baku di pemasok Tiongkok akibat serangan virus korona,” ujarnya. Jika situasi ini berlanjut, perusahaan perlu berjuang untuk menaikkan volume produksi disebabkan kekurangan input.
Diakui, dampak wabah penyakit virus corona (Covid-19) turut memukul dan menyeret turun kinerja manufaktur sejumlah negara Asia, setelah merontokkan aktivitas manufaktur di China. Korea Selatan dan Jepang, dua negara dengan jumlah kasus virus korona yang terus bertambah di luar China, menunjukkan penurunan tajam dalam produksi, berdasarkan survei manajer pembelian yang dirilis oleh IHS Markit.
Baca Juga: Dengarkan keluhan manufaktur soal bahan baku, pemerintah setuju beri kemudahan impor
Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) Korea Selatan turun ke level terendah empat bulan di 48,7 pada Februari 2020 dari 49,8 pada Januari 2020. Adapun PMI manufaktur Jepang yang dirilis Jibun Bank Japan turun ke 47,8, yang merupakan angka terendah sejak Mei 2016. Sementara itu, PMI manufaktur Taiwan turun ke bawah level 50.
Di Asia Tenggara, Thailand dan Malaysia tetap bertahan di bawah level 50, sedangkan PMI Vietnam turun ke level terendah lebih dari enam tahun di 49. Data sentimen manufaktur tersebut menunjukkan virus korona berdampak di seluruh kawasan Asia, mengganggu rantai pasokan dan menekan permintaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News