Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Penurunan harga batubara yang terjadi beberapa tahun terakhir, menyebabkan perusahaan tambang batubara pusing tujuh keliling. Termasuk, PT Renuka Coalindo Tbk (SQMI) yang harus menanggung rugi.
Sampai pertengahan tahun ini, harga dan permintaan batubara belum pulih seperti sedia kala. Memang Renuka melihat ada peluang ada kenaikan harga batubara, namun tak signifikan mendongkrak kinerja perusahaan.
Shantanu Lath, Direktur Utama Renuka, bilang, hampir seluruh ekspor Renuka menyasar pasar India, yang tren permintaannya turun. "Saya masih negosiasi dengan trader di China mudah-mudahan kami bisa jual tahun ini," ujar Shantanu, kepada KONTAN, Senin (26/9).
Namun, ekspor ke China membutuhkan pertimbangan matang-matang. Sebab basis tambang Renuka di Sumatera, yang lebih dekat ke pasar India. Selain transportasi, Shantanu juga mempertimbangkan margin. Khususnya menutupi cost distribution yang tentu akan lebih mahal ketimbang ekspor batubara ke India.
Perlu diketahui, sampai saat ini penjualan batubara Renuka menyasar pasar India dengan persentase 90%, sedangkan sisanya menyasar pasar Domestik. Kapan rencana ekspor ke China bisa terealisasi? Shantanu belum bisa memastikannya.
Yang jelas untuk menggarap pasar China, Shantanu tak mau membuat kontrak harga jangka panjang. Alasannya, harga batubara diproyeksikan akan naik di awal tahun 2017 mendatang. "Kami akan menjual di spot, market tidak mau jual dengan kontrak jangka panjang," lanjut Shantanu.
Asal tahu saja, produksi batubara Renuka hanya sekitar 600.000 ton per tahun. Karena harga batubara belum menggembirakan, Renuka tidak tertarik menambah jumlah produksi.
Selain produksi batubara, Renuka ingin mendiversifikasikan usaha, salah satunya adalah berbisnis trading batubara dan listrik. Untuk listrik, Shantanu menunggu proyek pembangkit listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), khususnya di wilayah Jambi.
Shantanu menyatakan, Renuka akan ikut, jika PLN membangun pembangkit listrik di Jambi. Renuka juga tertarik bergabung dalam konsorsium proyek apabila mendapatkan kesempatan.
Terkait investasi proyek kelistrikan ini, Shantanu menjelaskan, masih terlalu dini dibicarakan. "Saat ini pembangkit listrik di Jambi itu belum ada kejelasan," jelas Shantanu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News