Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy (INDY) terus memacu segmen bisnis usaha non-batubara dan rendah karbon. INDY optimis bisnis non-batubara yang dimiliki akan semakin berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan pada pendapatan Perusahaan.
Head of Corporate Communications INDY Ricky Fernando mengatakan, Indika Energy fokus mengembangkan bisnis di sektor non-batubara dan rendah karbon. Dalam 6 tahun terakhir, Indika Energy telah melakukan transformasi usaha menuju bisnis yang lebih berkelanjutan.
"Target kami mencapai 50% pendapatan dari sektor non-batubara di tahun 2025, serta mencapai net-zero di tahun 2050," kata Ricky kepada KONTAN, Rabu (17/4).
INDY setidaknya memiliki bisnis non-batubara di antaranya motor listrik, tenaga surya, dan pertambangan emas yang saat ini tengah digenjot kinerjanya. Bahkan, mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pada tanggal 2 November 2023 INDY mendirikan perusahaan PT Laras Ekosistem Organik (PT Laras). Nantinya, PT Laras akan melakukan kegiatan usaha aktivitas konsultasi manajemen lainnya, perdagangan besar kopi, teh dan kakao.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Restrukturisasi Kredit Anak Usaha Untuk Proyek Vasaka Solterra
Ia menjelaskan beberapa bisnis non-batubara yang dimiliki INDY. Untuk pabrik motor listrik ALVA di Cikarang telah beroperasi sejak tahun 2022 dan memiliki kapasitas produksi 100 ribu unit per tahun. Saat ini, ALVA telah meluncurkan 3 model motor listrik yakni ALVA One, ALVA Cervo, ALVA One XP.
Terkait bisnis tenaga surya, kata Ricky, melalui anak usaha yaitu PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS), saat ini INDY telah memasang pembangkit tenaga surya hingga 60 MWp di Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
EMITS memiliki target mencapai kapasitas pemasangan sebesar 500 MWp pada 2025. Desember 2023 lalu, EMITS juga menandatangani Letter of Intent dengan PLN untuk kerja sama pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hybrid dengan baterai untuk program De-dieselisasi PLN di wilayah Indonesia Timur.
Ricky menuturkan, proses pembangunan PLTS hybrid dengan baterai ini rencananya dimulai tahun ini dan memiliki kapasitas sekitar 102 MWp solar ditambah 252 MWh baterai di 46 lokasi di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.
Selanjutnya, di bidang pertambangan emas, melalui anak usaha PT Masmindo Dwi Area (Masmindo), INDY menargetkan konstruksi area tambang mulai 2024 sehingga produksi dimulai pada 2025. Jumlah reserve tambang emas ini mencapai sekitar 1,5 juta ons.
"Kami optimis bisnis non-batubara yang dimiliki akan semakin berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan pada pendapatan kami," ujar Ricky.
Untuk itu, INDY akan melakukan strategi dengan menjaga posisi kas, mengoptimalisasi belanja modal, serta meningkatkan efisiensi usaha.
Adapun, bukti keseriusan INDY menggarap bisnis non-batubara ini bisa dilihat dari anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) yang sebagian besar diserap untuk mengembangkan segmen tersebut.
Baca Juga: Sasar Pasar Global, Begini Strategi Multi Hanna Kreasindo (MHKI)
Sepanjang tahun 2023, INDY merealisasikan capex senilai US$ 142,7 juta. Sebagai gambaran saja, jika dikonversi memakai kurs saat ini sebesar Rp 15.890 per dolar Amerika Serikat, jumlah capex INDY itu setara dengan Rp 2,26 triliun.
Sebanyak US$ 37,4 juta atau setara 26,2% digunakan untuk bisnis eksisting. Termasuk untuk Indika Indonesia Resources sebesar US$ 19,7 juta dan Kideco sebesar US$ 17,7 juta.
Sementara untuk bisnis non-batubara, capex INDY terutama digunakan untuk sektor mineral, khususnya proyek Awakmas sebesar US$ 66,2 juta. Kemudian untuk sektor kendaraan listrik melalui Ilectra Motor Group (IMG) US$ 14,5 juta, dan sektor solusi berbasis alam melalui Indika Nature sebesar US$ 14,6 juta.
Sepanjang tahun 2023 INDY mencatatkan pertumbuhan di sektor rendah karbon - mineral, kendaraan listrik, energi terbarukan, solusi berbasis alam, dan digital. Di samping melalui diversifikasi, pada tahun 2023 INDY juga memulai proses divestasi Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News