Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
TANGERANG. Jauh sebelum isu mobil nasional mencuat baik di era Esemka sampai pada kerjasama antara Proton dan PT Adiperkasa Citra Lestari, Indomobil sudah pernah berupaya untuk bisa merealisasikan mobil nasional Indonesia.
Komisaris Indomobil dan juga tokoh otomotif nasional, Subronto Laras bercerita, ide membuat mobil nasional tercetus saat Suzuki Indomobil Sales (SIS) sudah memiliki mesin sendiri dengan kapasitas 1,0 liter. Dari mesin itu, Indomobil tinggal merancang sasis dan bodi agar bisa jadi mobnas.
"Kami pernah punya mesin 1.000cc yang dipakai Katana dan Carry. Tinggal siapkan bajunya agar bisa menjadi mobil nasional. Kami sudah menjajaki kerja sama dengan perusahaan Inggris, Reliant, untuk membuat bodi. Tapi obsesi kami kandas, biaya sangat besar dengan harus memenuhi persyaratan standardisasi dengan biaya 5 juta dollar AS," tutur Subronto Laras, kepada wartawan di Tangerang, Kamis (12/2).
Gagal di pengalaman pertama, Indomobil langsung beralih ke rencana lain dengan mengunakan model lain di bawah bendera Mazda Motor Indonesia. Ketika itu mobil yang dirancang adalah Mazda MR90
"Setelah gagal, kami langsung pindah dan merancang Mazda MR90. MR adalah singkatan dari Mobil Rakyat. Kami rancang mobil penumpang dengan bodi monokok dan langsung kami sampaikan ke pemerintah. Jawabannya, selama dibuat di sini, akan jadi mobnas," lanjut Subronto.
Subronto melanjutkan, pihaknya masih bertemu masalah baru karena meski berstatus mobil nasional, MR90 masih kena Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebesar 30%. Harganya jadi sulit bersaing, akhirnya MR90 kami ubah jadi station wagon (Mazda Vantrend) untuk bisa tetap bertahan
"Indomobil sudah melakukan semuanya untuk menciptakan mobil nasional. Jawabannya, merealisasikan itu sangat sulit," tutup Subronto. (Azwar Ferdian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News