Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana ekspor listrik dari Indonesia ke Singapura tidak hanya sekadar wacana. Baru-baru ini, pemerintah kembali melakukan penandatanganan kerja sama atau memorandum of understanding (MoU) untuk interkoneksi listrik lintas batas antar negara dan energi rendah karbon.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan, MoU tersebut membahas tentang kerja sama perdagangan listrik dengan sumber energi yang rendah karbon.
"Ini juga kelanjutan dari ASEAN Meeting di Bali, dan ini akan meningkatkan interkoneksi di ASEAN," ungkapnya dalam keterangan resmi, Jumat (8/9).
Baca Juga: Indonesia Akan Ekspor Listrik ke Singapura
Lebih lanjut, area kerja sama yang disepakati dalam MoU meliputi pengembangan proyek energi rendah karbon komersial, termasuk interkoneksi untuk perdagangan listrik lintas batas antara Indonesia dan Singapura, sebagaimana disetujui oleh pemerintah Indonesia dan Singapura.
Pertukaran informasi tentang kebijakan dan persetujuan peraturan dan kerangka kerja untuk memungkinkan proyek perdagangan listrik lintas batas komersial.
Memfasilitasi pengembangan proyek perdagangan tenaga listrik lintas batas, termasuk kredit karbon sesuai dengan peraturan perundang-undangan masing-masing.
Terakhir, bidang kerja sama lain yang diputuskan bersama oleh Para Pihak.
"MoU ini akan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang untuk periode lima tahun berikutnya," imbuh Dadan.
Melihat keseriusan ini, sejumlah pelaku usaha sudah mulai mengambil posisi untuk menangkap peluang bisnis yang menggiurkan ini. Salah satunya, Vena Energy bersama sejumlah partnernya berencana membangun mega proyek hibriba di Pulau Batam sebesar 2 GW tenaga surya dan penyimpanan baterai yang berpotensi menampung lebih dari 8 GWh energi bersih.
Nantinya hasil listrik tenaga surya akan dijual ke Singapura melalui Shell Eastern Trading Pte. Sejalan dengan itu, Vena Energy telah melakukan penandatanganan perjanjian kemitraan dengan Shell Eastern Trading Pte. untuk ekspor energi terbarukan.
CEO Vena Energy Nitin Apte menyampaikan, proyek ini akan mendukung rencana transisi energi Indonesia dan meningkatkan ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja, mendorong ekspansi industri, dan membuka peluang ekspor di sektor yang sedang berkembang ini.
“Dengan Perjanjian Kerangka Kerja ini, kami ingin berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan rantai pasokan domestik yang produktif di sektor energi terbarukan,” ujarnya di Hotel Kempinski Jakarta, Senin (7/8).
Proyek di Batam yang investasinya ditaksir mencapai miliaran dolar ini diproyeksikan baru dimulai pada 2026 mendatang. Pada tiga tahun ini, Vena Energy akan memproses segala hal yang berhubungan dengan perizinan di lintas kementerian dan lembaga.
Baca Juga: Indonesia-Filipina Jajaki Kemitraan di Sektor Mineral Untuk Baterai EV
Di sisi lain, dalam tiga tahun ini perusahaan modul surya dan baterai juga akan memulai proyek ekspansinya demi memenuhi kebutuhan proyek besar ini.
Sebelumnya, Direktur Utama Medco Energi Internasional (MEDC) Hilmi Panigoro memastikan listrik yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau Bulan tetap bisa diekspor ke Singapura.
Dia bilang, arah pemerintah sudah jelas yakni listrik boleh diekspor tetapi pengadaan solar PV diusahakan semaksimal mungkin dari dalam negeri.
“Ini yang sedang kami pelajari sekarang jadi Medco bareng Adaro, TBS Energi Utama (TOBA) sedang bekerja sama dengan perusahaan China membangun industri solar panel di Indonesia,” jelasnya saat ditemui di ICE BSD, Rabu (12/7).
Sebagai informasi, proyek di Pulau Bulan dilakukan melalui anak usahanya, PT Medco Power yang bekerja sama dengan Konsorsium PacificLight Power Pte Ltd (PLP) dan Gallant Venture Ltd untuk ekspor listrik berbasis PLTS ke Singapura.
Proyek ini memiliki kapasitas 670 MWp sebagai tahap awal, yang akan menyediakan listrik yang setara dengan 100 MW non intermittent ke Singapura. Hilmi mengungkapkan, investasi untuk proyek ini berkisar sekitar US$ 800 juta termasuk dengan teknologi baterai untuk PLTS.
Setali tiga uang, CEO Solar Karya Indonesia, Christopher Liawan melihat, dampak kerja sama ekspor listrik ke Singapura ini akan mempercepat dan memperluas perkembangan PLTS di Indonesia.
“Terutama pabrikan solar panel dalam negeri, sehingga dapat memenuhi kebutuhan listrik domestik dan juga ekspor listrik ke Singapura ke depannya,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (8/8).
Christopher siap mendukung rencana tersebut, karena Solar Karya merupakan pabrikan solar panel di Indonesia yang juga sudah melakukan ekspor ke beberapa negara seperti US dan Kanada. Selain itu, pihaknya juga sudah memiliki Standard UL Certification sebagai pabrikan solar panel berstandar internasional.
Saat ini kapasitas pabrik Solar Karya sudah mencapai 160 Megawatt di 2023 dan pada tahun depan pihaknya akan melakukan ekspansi pabrik sehingga bisa memproduksi 320 Megawatt.
“Kapasitas ini akan terus ditingkatkan setiap tahun nya dan target kami di 1 Gigawatt per tahun pada tahun 2026,” ujarnya.
Secara umum, Christopher mengatakan, prospek solar panel khususnya di Indonesia sudah semakin menarik terbukti dari beberapa pameran yang dikutinya, tidak hanya dari sektor Industri tapi antusias juga datang dari sektor residensial dengan total penjualan mencapai 5 Megawatt sampai kuartal III 2023.
Namun untuk saat ini, Solar Karya akan fokus pada pasar ekspor. Tetapi pihaknya juga terus melakukan penetrasi ke pasar lokal untuk mengembangkan penjualan solar panelnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News