Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah mengundang seluruh pakar di bidang energi anggota G20 untuk mengikuti the G20 First Energy Focus Group Meeting pada Kamis (18/6) lalu, setelah sebelumnya menggelar The G20 Workshop on Carbon Circular Economy (CCE) Guide pada Minggu (14/6).
Ini adalah pertemuan perdana (kickoff meeting) untuk Energy Focus Group (EFG) yang telah dicetuskan saat pertemuan the Extraordinary Energy Ministerial Meeting pada 10 April 2020 lalu. Dalam pertemuan ini dibahas berbagai upaya dari negara-negara anggota dalam rangka menstabilkan pasar energi yang melemah karena pandemi.
Baca Juga: Sri Mulyani pastikan tarik PPh Netflix, Spotify, dan Zoom setelah konsensus global
Dipimpin oleh Awwad Alharthi yang merupakan Co-chair of the Energy Sustainablity Working Group, acara ini diikuti oleh negara-negara anggota G20 diantaranya Jepang, Kanada, Jerman, Norwegia, Uni Eropa (EU), Inggris, Saudi Arabia, Singapura, India, Indonesia, Turki, China, dan beberapa organisasi internasional antara lain International Energy Agency (IEA), International Energy Forum (IEF) dan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Indonesia, yang diwakili Staf Ahli Menteri Bidang Perencanaan Strategis Yudo Dwinanda Priaadi selaku Delegasi Tetap G20 dari Kementerian ESDM. Pada pertemuan ini, Yudo menyampaikan bahwa penurunan harga minyak mentah baru-baru ini dapat sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Menurut dia, hal tersebut merupakan disinsentif yang jelas untuk menemukan sumber energi baru, menghambat investasi dalam rangkaian energy value chain, termasuk investasi penting untuk mengembangkan proyek energi baru terbarukan.
"Indonesia memprioritaskan untuk memulihkan investasi dalam proyek-proyek energi sebaik mungkin. Investasi yang tertunda tentunya pasti akan berdampak pada pasokan energi di masa depan," ungkap Yudo dalam keterangan resmi Kementerian ESDM yang diterima Kontan.co.id, Senin (22/6).
Dia pun menekankan bahwa pasokan energi yang aman dan akses energi yang terjangkau akan membantu pemulihan ekonomi global. Semua opsi sumber energi adalah penting dan harus dipertimbangkan sesuai dengan komitmen internasional dan keadaan masing-masing negara.
Tantangan yang ada saat ini akan menjadi momentum untuk mempromosikan pemanfaatan bahan bakar fosil yang lebih bersih, efisien, serta dapat memperkenalkan lebih banyak energi terbarukan sebagai alat utama untuk memastikan stabilitas dan keamanan energi jangka panjang.
Baca Juga: Terbitkan buku putih, Xi Jinping jelaskan taktik dan prestasi China perangi Covid-19
"Dengan ini, Indonesia berkomitmen untuk berkolaborasi secara global menuju sistem energi yang lebih bersih," tegasnya.
Yudo menilai, situasi saat ini dapat menciptakan lebih banyak tantangan untuk pengembangan investasi energi baru terbarukan dan Indonesia akan segera mengeluarkan Keputusan Presiden tentang Feed-in Tariffs.
"Dengan adanya peraturan baru ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang ramah untuk investasi, serta menciptakan banyak peluang bagi investor," pungkas Yudo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News