Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Setelah memastikan pasokan dan cadangan beras dalam negeri aman, Pemerintah Indonesia mulai melirik pasar mancanegara. Beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, dan Papua Nugini menjadi target ekspor beras premium.
Senin (13/2), Menteri Pertanian, Amran Sulaiman melepas pengiriman ekspor beras perdana ke Papua Nugini (PNG) bersama Gubernur Papua Lukas Enembe dan Bupati Merauke Fredikus Gebze. Beras yang diekspor adalah beras premium hasil tanah Merauke sebanyak 1 truk. Kementerian Pertanian (Kemtan) menargetkan ekspor ke PNG tahun ini sebanyak 10.000 ton.
Amran menjelaskan, ekspor beras ini merupakan salah satu upaya menyejahterakan para petani di Merauke dan sekitarnya. Sebabnya, dulu kebutuhan beras di Papua diambil dari Provinsi lain. Hal itulah yang menyebabkan harga beras di Papua mahal karena biaya angkut ditanggung masyarakat.
"Sejarah mencatat kurang lebih 72 tahun kita kemudian bisa mengekspor ke PNG. Jangan lagi ambil dari negara lain, harus ambil dari Merauke. Kalau kurang beras nanti saya kirim dari Sulawesi Selatan," ujar Amran di Merauke, Senin (13/2).
Di tempat terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kemtan, Tri Agustin Satriani mengatakan bahwa ekspor perdana ke PNG adalah langkah awal untuk ekspor beras premium selanjutnya ke beberapa negara.
"Kita awali dulu dari negara yang terdekat dengan daerah perbatasan. Untuk selanjutnya bisa menyebar ke negara lain," terang Tri.
Tri menjelaskan bahwa target ekspor 10.000 ton beras premium ke PNG dilakukan secara bertahap. Tidak langsung dalam satu kali pengiriman. Harga beras premium yang ditawarkan juga cukup terjangkau, yakni Rp 10.000 per kilogram (kg). Harga ini separuh harga beras impor dari Filipina, Thailand dan Vietnam.
Saat ini, Kemtan juga tengah mempersiapkan dua daerah di Kalimantan Barat, yaitu Sambas dan Sanggau untuk ekspor beras premium ke Malaysia. Selain Malaysia, hari ini (14/2), Bulog memberikan hibah bantuan beras tiga kontainer ke Sri Lanka.
"Rencananya ekspor beras premium tahun ini kita persiapkan mencapai 100.000 ton ke tiga negara dulu, seperti Singapura, Malaysia, dan Papua Nugini. Untuk ke Malaysia semoga bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Ada permintaan dari sana juga," jelas Tri.
Di samping beras premium, Indonesia juga kerap menjadi pemasok beras organik bagi beberapa negara di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia. "Beras organik kita memang terkenal, hanya saja jumlah ekspornya tidak banyak, mungkin kurang dari 1.000 ton per tahun," ungkap Tri.
Jumlah ekspor beras organik dalam negeri tidak banyak lantaran proses pertaniannya yang cukup lama dan harus ada sertifikasi organik resmi bertaraf internasional. Jadi, belum banyak pemain yang menyasar ekspor beras organik. "Beras organik itu prosesnya cukup lama dan rumit, dalam perjanjiannya tidak boleh ada bahan kimia sedikit pun. Semua alami, mulai dari bibit, pupuk, hingga obat hamanya," jelas Tri.
Saat ini terdapat tiga daerah yang dikenal sebagai penghasil beras organik kualitas ekspor, yaitu Tasikmalaya, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Beras organik Indonesia dihargai cukup tinggi, yakni Rp 30.000 Rp 40.000 per kg. Bahkan, di Belgia, harganya tembus Rp 60.000 Rp 70.000 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News