kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri 2-Ethyl Hexanol Indonesia: PT Petro Oxo Nusantara


Senin, 17 Oktober 2022 / 09:00 WIB
Industri 2-Ethyl Hexanol Indonesia: PT Petro Oxo Nusantara
ILUSTRASI.


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal

KONTAN.CO.ID - Industri petrokimia merupakan salah satu industri hulu yang menopang keberhasilan pembangunan industri nasional. Berbagai industri hilir atau manufaktur seperti produk plastik, elektronik, otomotif, tekstil, farmasi dan industri penting lainnya mengandalkan bahan baku dari industri petrokimia.

Kinerja industri petrokimia tetap tumbuh positif dengan utilisasi sebesar 95% karena termasuk produk yang mampu mensubstitusi produk impor. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mengurangi impor kimia dasar sebesar 35% dan memperluas pasar ekspor produk kimia.

PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro) yang merupakan bagian dari Pertamina Group, melalui salah satu entitas anak perusahaan TubanPetro, yakni PT Petro Oxo Nusantara (PT PON) sebagai salah satu pionir industri petrokimia di Indonesia turut mendukung program pemerintah tersebut. Perusahaan yang berdiri sejak 1998 ini menghasilkan sejumlah produk utama seperti 2-Ethyl Hexanol (2-EH), Normal Butanol (NBA), Iso Butanol (IBA) dan Liquid Carbon Dioxide (LCO2). Selain mengekspor ke kawasan Asia Tenggara, PT PON juga telah lama menembus pasar 2-EH di China, India, Bangladesh, Timur Tengah, Korea Selatan, Turki, dan Australia.

Ekspor 80% produk

Dengan kapasitas produksi 2-EH sebanyak 135.000 ton per tahun, PT PON yang merupakan satu-satunya produsen 2-EH di Indonesia yang menyalurkan produknya untuk pasar dalam negeri sebesar 27.000 ton. Sementara itu untuk 108.000 ton 2-EH lainnya dijual ke pasar ekspor.

Disamping mendukung program pemerintah, PT PON menggenjot ekspor sebagai bagian dari pemenuhan persyaratan sebagai Kawasan Berikat (Bonded Zone). Pada tahun 2013, PT PON ditetapkan sebagai Kawasan Berikat dan sesuai perundangan yang berlaku, Perusahaan harus mampu melakukan aktivitas ekspor minimal 50% dari total penjualannya.

Adapun wilayah Asia Pasifik merupakan konsumen 2-EH terbesar di dunia yaitu sekitar 72% dari konsumsi 2-EH dunia. Dari angka tersebut, 66%-nya adalah China.

Karena itu, PT PON masih menetapkan China sebagai negara tujuan ekspor 2-EH dan IBA terbesar. Sejumlah 80% produk yang dihasilkan PT PON dijual ke wilayah ini, dengan memanfaatkan biaya angkut (freight cost) yang kompetitif serta kemudahan berupa Free Trade Agreement antara Asia Tenggara dan China (Form E) yang memberikan pembebasan bea masuk 5,5% bagi importir di China apabila mengimpor 2-EH dari Indonesia.

Pada Agustus 2022, salah satu produk samping PON yaitu LCO2 yang selama ini hanya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga telah berhasil masuk ke pasar Singapura. Hingga kini tercatat total LCO2 yang telah diekspor ke Singapura mencapai sekitar 250 ton. 

Selain berkontribusi memberikan pemasukan pada devisa negara, ekspor 80% produk Perusahaan juga menjadi faktor kunci keberhasilan PT PON dalam mencetak laba. Pada akhir tahun 2021, PON berhasil membukukan pendapatan sebesar USD 266 juta.       

Peluang pasar NPG

Dengan semangat Growing Together to The Next Level, kini Perusahaan tengah berupaya mengembangkan diversifikasi produk, antara lain dengan meningkatkan nilai ekonomi produk Isobutyraldehyde (IBD). IBD yang biasa digunakan untuk memproduksi Isobutyl Alcohol (isobutanol) akan dikonversi untuk memproduksi Neopentyl Glycol (NPG). Inovasi ini didorong oleh pertumbuhan industri manufaktur dan bahan konstruksi, serta peraturan yang lebih ketat tentang emisi Volatile Organic Compound (VOC).

Selain itu, di beberapa negara di luar Indonesia, sebagian besar isobutanol tidak diproduksi, sehingga produk IBD dialihkan untuk menghasilkan produk NPG. Hal ini dikarenakan NPG memiliki harga jual dan margin keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan isobutanol.

Dengan mempertimbangkan kondisi di atas dan prediksi ke depan mengenai pasar NPG, PT PON memutuskan untuk memproduksi NPG dengan total kapasitas 20.000 MTA dalam bentuk flakes dengan mengintegrasikan IBD dari pabrik yang sudah ada, dan pabrik Formaldehyde yang juga akan dibuat dari metanol di lokasi yang sama. Tahap awal proyek pabrik NPG ini telah dimulai pada akhir tahun 2020 lalu dan proses produksi serta penjualan produk NPG direncanakan sudah bisa dilakukan di Semester I-2025.

Sampai saat ini Indonesia masih belum mempunyai fasilitas produksi NPG sehingga hanya mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Karena itu dengan membangun pabrik NPG, PT PON berharap dapat semakin berkontribusi dalam menurunkan nilai impor kimia nasional.

“Sumber TubanPetro”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×