kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri alas kaki mengincar pasar ekspor


Jumat, 08 Mei 2015 / 08:38 WIB
Industri alas kaki mengincar pasar ekspor
ILUSTRASI. Sambal Ikan Pari yang lezat (dok/Dapur kobe)


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Industri manufaktur alas kaki diprediksi stagnan tahun ini. Meski begitu, para pelaku industri ini mengincar peluang dari pasar ekspor. Selain alasan dollar Amerika Serikat tengah menguat, perlambatan ekonomi China juga jadi alasan.

Maklum, China adalah eksportir alas kaki terbesar dunia dengan menguasai 57% pangsa pasar. Sementara pasar ekspor Indonesia cuma 3%.

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengaku, produsen sepatu mengincar ekspor alas kaki tahun ini sebesar US$ 5 miliar. Jika target itu terpenuhi, pangsa pasar alas kaki Indonesia di pasar global bisa sedikit melar menjadi 4%. "Saat ini China melambat, kami bisa manfaatkan ceruk pasar," ujar Eddy Widjanarko, Ketua Umum Aprisindo Kamis (7/5).

Pelaku industri alas kaki lokal harus memanfaatkan peluang ekspor itu lantaran tak bisa mengandalkan pasar lokal. Aprindo memprediksi omzet industri alas kaki nasional tahun ini mentok sama dengan tahun lalu, yakni Rp 28 triliun.

Alasan mereka, kinerja industri itu di kuartal I-2015 justru menunjukkan penurunan hingga 10%. Eddy menduga, musabab penurunan kinerja karena adanya penurunan daya beli masyarakat. Menginjak kuartal II-2015, mereka berharap momen Lebaran bisa sedikit menyelematkan kinerja mereka.

Katalis pemerintah

Namun, pelaku industri alas kaki berharap ada katalis positif lebih dari sekadar momen Lebaran. Mereka berharap pemerintah turun tangan dengan menggulirkan anggaran  belanja agar ekonomi dalam negeri bergairah.

Harapan lain adalah kepastian aturan pengupahan karyawan. Ketidakpastian pengupahan itulah yang menurut mereka menghambat masuknya investasi baru masuk ke Indonesia.

Eddy mencontohkan, aksi PT Changsin Reksa Jaya, produsen makloon Nike yang membikin pabrik senilai US$ 60 juta di Garut, Jawa Barat. Menurutnya, aksi Changsin tersebut bukan bentuk investasi anyar karena perusahaan itu hanya merelokasi pabriknya yang ada di Tangerang, Banten. "Iya karena hitungan upah buruhnya lebih kompetitif," ujar Eddy.

Untuk diketahui upah minimum regional Tangerang (UMR) untuk 2015 adalah Rp 2,73 juta per bulan. Sementara UMR Jawa Barat adalah Rp 1,25 juta per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×