Reporter: Filemon Agung | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Eddy melanjutkan, hingga Maret 2021 penjualan alat berat mencapai Rp 69,6 miliar dengan volume penjualan alat berat 99 unit. Sementara itu, hingga saat ini sektor pertambangan dan non pertambangan dinilai masih sama-sama memberikan kontribusi yang positif.
Permintaan dari sektor tambang nikel dinilai cukup tinggi. Kondisi ini dinilai sejalan dengan upaya diversifikasi bisnis ke non batubara yang dicanangkan perusahaan. "Selain nikel, permintaan alat berat juga berasal dari sektor bauksit dan emas," kata Eddy.
Kendati demikian, Eddy belum merinci lebih jauh besaran volume penjualan alat berat sejauh ini. Yang terang, kondisi tahun ini dinilai lebih baik ketimbang tahun sebelumnya.
Perbaikan harga komoditas pun dinilai turut mengerek angka penjualan. "Permintaan alat berat tahun ini meningkat dengan pesat seiring dengan perbaikan harga komoditas seperti batubara, nikel dan lainnya," imbuh Eddy.
Baca Juga: Intraco Penta (INTA) membidik pertumbuhan pendapatan 15% pada tahun ini
Eddy memastikan, selain diversifikasi ke sektor pertambangan non batubara, INTA turut mengincar pasar konstruksi, perkebunan dan food estate. Selain itu, INTA juga siap mendukung customer yang terlibat dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Dalam catatan Kontan, PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) bertekad memperbaiki kinerjanya di tahun ini. Apalagi, tren positif harga komoditas mempengaruhi bisnis alat berat HEXA.
Corporate Secretary HEXA Listiana Kurniawati mengungkapkan peningkatan kinerja diyakini bisa tercapai tahun ini. “Kami optimistis terhadap target penghasilan neto dan laba bersih yang naik kurang-lebih 20%-30% dari pencapaian tahun fiskal 2020,” kata Listiana, Jumat (9/7).
Baca Juga: Tren positif harga komoditas jadi pendorong kinerja Hexindo Adiperkasa (HEXA) di 2021