kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Industri elektronik dihadapkan sejumlah tantangan pada awal tahun ini


Kamis, 18 Maret 2021 / 20:19 WIB
Industri elektronik dihadapkan sejumlah tantangan pada awal tahun ini
ILUSTRASI. Suasana penjualan barang elektronik di Electronic City SCBD, Jakarta, Selasa (5/1/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri elektronik lokal berjibaku menjaga stabilitas harga jual karena saat ini menghadapi banyak rintangan. Mulai dari kelangkaan kontainer, melemahnya rupiah terhadap dolar, hingga kenaikan harga bahan baku jadi biang keladinya. 

Sebagai informasi, saat ini kurs rupiah yang sampai hari ini  masih nyaman bertengger di atas Rp 14.000 per dolar AS menjadi tantangan tersendiri bagi produsen elektronik lokal karena mayoritas bahan baku masih dipasok dari luar negeri. 

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel),  Daniel Suhardiman menjelaskan rata-rata komponen yang diimpor masih di kisaran 60% sampai 70% hampir merata di seluruh kategori elektronik. 

Baca Juga: Tertekan PPKM, penjualan toko Ace Hardware (ACES) Februari 2021 melorot

Tentunya dengan komposisi importasi komponen yang masih dominan, sentimen negatif yang terjadi di dunia saat ini berpengaruh besar bagi industri elektronik dalam negeri. 

Daniel mengatakan ada sejumlah faktor yang menjadi tantangan besar bagi industri elektronik Indonesia. Pertama adalah biaya kontainer yang masih mahal. Ini masih belum normal semenjak Desember 2020 lalu. 

Kedua, bahan baku yang melonjak atau naik hingga 50% ada juga yang rata-rata naik 20%. Salah satu komponen bahan baku yang mengalami kenaikan adalah LED untuk TV. Faktor ketiga adalah melemahnya rupiah yang yang dirasakan produsen elektronik dalam negeri. "Di tengah kondisi ini, logikanya harus ada penyesuaian harga," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (18/3). 

Daniel mengatakan, antisipasi yang sudah dilakukan industri adalah efisiensi dan menjaga produktivitas. Di sisi lain, dukungan pemerintah juga penting.

Baca Juga: Bujet capex Rp 7 triliun, ini 3 jurus XL Axiata (EXCL) tumbuhkan kinerja tahun ini

PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) turut merasakan hal tersebut. Senior General Manager National Sales Sharp Electronics Indonesia, Andri Adi Utomo menjelaskan saat ini sejumlah produk elektronik yang Sharp produksi di Indonesia meliputi LED TV, lemari es dan mesin cuci. Ketiga produk ini memiliki  tingkat kandungan impor di kisaran 40% sampai 60% tergantung produknya. 

Andri mengungkapkan pelemahan rupiah terhadap dolar masih bisa diantisipasi SEID dengan hedging. Namun, tantangan besar lainnya yang harus dihadapi adalah kenaikan harga material seperti besi, tembaga, dan plastik karena tingginya permintaan di China yang berujung pada kelangkaan. Saat ini komponen bahan baku elektronik Sharp Indonesia masih dipasok sebagian dari China, Thailand, dan negara lainnya.

"Kenaikan harga material ini sudah dirasakan di awal Februari. Tetapi kami masih bisa tahan sampai Maret," jelasnya saat dihubungi terpisah.  

Andri mengungkapkan komponen LED panel mengalami kenaikan luar biasa, bahkan hingga 40% sampai 50%. Komponen lainnya untuk bahan baku lemari es, mesin cuci, dan AC naik bervariasi mulai dari 5% sampai 10%, begitu juga dengan komponen untuk barang Small Kitchen. 

Andri menegaskan kenaikan bahan baku akan berdampak juga terhadap harga jual. Saat ini Sharp Indonesia belum bisa memastikan berapa besar penyesuaiannya karena sedang mengevaluasi dan menimbang efisiensi di sisi selain bahan baku. 

"Gambarannya kenaikan harga jual akan bervariasi mengikuti kondisi pasar dan demand serta kompetitor. Pastinya kami akan menaikkan secara bertahap, kemungkinan di bulan April mendatang," kata Andry. 

Menurut hitung-hitungan Andry, prediksi penyesuaian harga jual akibat kondisi yang terjadi saat ini yakni produk TV LED harganya bisa naik 10% sampai 15% dan produk home appliances sekitar 5% sampai 7%. 

Baca Juga: Bumi Serpong Damai (BSDE) memprediksi marketing sales terbantu insentif

PT Berkat Elektrik Sejati Tangguh, perusahaan agen tunggal yang menjual produk elektronik merek Bestlife juga turut merasakan dampak pelemahan kurs rupiah terhadap dolar. 

Direktur Berkat Elektrik Sejati Tangguh, Andy Arif Widjaja mengungkapkan, dampak pelemahan kurs rupiah tentu berdampak terhadap perhitungan harga jual produk karena beberapa barang Bestlife masih diimpor dan pembayaran menggunakan mata uang asing.

"Cara mengantisipasi adalah dengan menerapkan hedging kurs. Tetapi apabila pelemahan kurs melebihi batas hedging maka batas hedging harus disesuaikan dan akhirnya mengakibatkan penyesuaian harga jual," jelasnya. 

Namun, Andy menegaskan saat ini harga produk elektronik Bestlife masih belum ada penyesuaian karena stok masih mencukupi sehingga belum ada impor baru.

Selanjutnya: SAP Express (SAPX) targetkan pertumbuhan pendapatan 30% tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×