Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Meski begitu, Tirto Kusnadi menambahkan industri farmasi Indonesia masih mengalami tantangan terkait bahan baku obat-obatan. Obat-obatan memang diproduksi di dalam negeri, tapi bahan bakunya masih impor.
"Farmasi produk dalam negeri sudah mampu industri nasional bahan baku masih impor, lalau pemerintah mau bekerjasama dengan kita dan sudah menuju ke sana saya yakin hulu sampai hilir bisa dikuasai nasional,” ucap Tirto Kusnadi.
Baca Juga: Anak Usaha BUMN Kimia Farma Buka Lowongan Kerja 2022, Ini Syaratnya
Sementara itu, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia, Apt, M.Pharm, MARS. mengatakan, di Indonesia memang sudah ada lebih dari 200 perusahaan yang bergerak di industri farmasi tapi bergerak di sektor pembuatan obat atau formulasi.
Sedangkan bahan bakunya 90 persen masih diimport. "Saat pandemi kita sempat mengalami kelangkaan obat karena embargo (bahan baku) obat, transportasi juga tidak dapat dilakukan," ujar Rizka.
Karena itu menurut dia untuk mewujudkan ketahanan farmasi harus mengembangkan industri bahan baku obat, paling tidak untuk memenuhi 10 molekul yang paling banyak digunakan di Indonesia. Sehingga pada masa pandemi tidak mengalami masalah yang sama.
Namun menurutnya untuk dapat membangun industri juga tidak mudah karena perlu feasibility bahan baku kimia dasar, yaitu bahan baku untuk membuat bahan baku obat.
Itu yang harus diupayakan Kementerian Perindustrian. Selain itu, menurutnya bahan kimia dasar memiliki standar grade tertentu.
"Ini juga yang jadi tantangan, bagaimana bahan baku yang diproduksi harus terserap industri formulasi karena untuk terserap ada syarat-syaratnya," ucap Rizka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News