kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45865,58   3,91   0.45%
  • EMAS1.361.000 -0,51%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Hilir Kelapa Sawit Ungkap Parameter Menuju Ekspor Produk Turunan CPO 100%


Senin, 17 Juni 2024 / 10:19 WIB
Industri Hilir Kelapa Sawit Ungkap Parameter Menuju Ekspor Produk Turunan CPO 100%
ILUSTRASI. industri hilir kelapa sawit mengungkapkan sejumlah parameter untuk ekspor produk turunan


Reporter: Leni Wandira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah asosiasi hilir industri kelapa sawit mengungkapkan beberapa parameter yang mempengaruhi suksesnya menuju hilirisasi sawit nasional. Pasalnya saat ini porsi ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) jauh lebih rendah dibandingkan produk olahan CPO.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono membeberkan data ekspor CPO dan produk hilir kelapa sawit pada 2024.

Eddy merinci, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencatatkan ekspor CPO mencapai 2,17 ton turun 26,48 persen dibandingkan Januari tahun ini sebanyak 2,81 juta ton.

Sedangkan, ekspor olahan PKO naik dari 106 ribu ton pada Januari menjadi 129 ribu ton pada Februari 2024.

Baca Juga: Meski Masih Minim, Progres Perdagangan di Bursa CPO Positif

Menurutnya, jika ingin porsi ekspor olahan kelapa sawit menyentuh angka 100 persen. Maka pemerintah Indonesia perlu memperjelas dan membuka jalan untuk pasar ekspornya.

"Ekspor olahan CPO 100% tergantung pasarnya, kalau ada pasarnya pasti akan ada investasi baru untuk yang lebih hilir lagi," ungkap Eddy kepada Kontan beberapa waktu lalu.

Kata dia, investor akan lebih tertarik masuk dan berekspansi jika pasar hilirisasi produk swait ini sudah terpetakan dengan jelas. Jiks hilirisasi berjalan mulus, hal itu berpengaruh baik untuk penyerapan tenaga kerja dalam negeri. 

"Sederhana saja ada gula ada semut, kalau pasarnya memungkinkan untuk penambahan investasi pasti investor akan masuk atau investor yang sudah ada akan melakukan ekspansi atau investasi baru. Effek nya penyerahan tenaga kerja di dalam negeri," pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga mengatakan bahwa faktor yang menentukan hilirisasi sawit sukses itu tergantung mana yang lebih menguntungkan eksportir.

Kata dia, ada beberapa Industri orang Indonesia di luar negeri yang berbasis bahan baku CPO. Maka mereka akan mengimpor CPO bila harganya murah.

"Kalau eksportir minyak sawit lebih untung menjual produk turunan ,dengan Bea Keluar dan DP nya kecil, maka Exportir ini akan melepas barangnya ke luar negeri dibanding meng-ekspor CPO," ungkap Sahat kepada Kontan.

Baca Juga: ICDX Catat Volume Transaksi CPO Futures 13.359 lot Hingga 10 Juni 2024

Lebih lanjut, kata dia, yang menentukan kapan ekspor minyak sawit itu 100% bentuk turunan, tergantung mana yang lebih memberi keuntungan pada exportir. "Mana yang lebih menguntungkan, yang lebih baik dan itu yang terjadi sekarang," jelasnya.

Menurutnya, volume produk hilir tinggi sekali sekitar 8,6 kali lebih tinggi dibanding volume crude oil, dan di samping itu dan harganya berkisar 1,5 x rata-rata di atas harga CPO. "Maka program hilirisasi pemerintah di dalam hal sawit berjalan dengan mulus dan sukses," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×