Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nuanu Real Estate terus melakukan pengembangan kawasan Nuanu Creative City seluas 44 hektare (ha) untuk menjadi satu destinasi yang menghadirkan fasilitas lengkap atau sebagai one stop solution bagi para wisatawan yang datang ke Bali.
Hingga saat ini, Nuanu telah menginvestasikan sekitar Rp 2,4 triliun untuk mengembangkan kawasan Nuanu Creative City dimana sekitar Rp 500 miliar diserap khusus untuk membangun infrastruktur. Total fasilitas yang sudah ada di Nuanu yang bisa dinikmati para pengunjung sudah 30 yang menawarkan pengalaman imersif.
Hingga akhir 2025, Nuanu City ditargetkan akan merangkum 50 proyek aktif. Selain sekolah dan Luna Beach Club yang sudah beroperasi, di kawasan ini sudah hadir pusat kebugaran, ruang seni dan budaya, hotel, dan ruang rekreasi.
Terbaru, Nuanu berkerja sama dengan pengembang Rentaved akan membangun Hotel bintang empat yang diberi nama X Hotel. Di kembangkan di lahan seluas 8.400 meter persegi (m2), hotel ini memiliki luas bangunan 3.000 meter persegi (m2) yang akan merangkum 41 unit kamar.
Baca Juga: Pengembang di Bali Mulai Terapkan Konsep Properti Skandinavia-Japandi
Lev Kroll, CEO Nuanu Creative City mengatakan, X Hotel dibangun untuk menjawab kebutuhan akan fasilitas akomodasi yang masih terbatas di kawasan Nuanu. Sementara Nuanu yang berlokasi di wilayah Nyanyi Kabupaten Tabanan ini semakin diminati tidak hanya oleh wisatawan tetapi juga untuk perhelatan kegiatan-kegiatan besar.
Namun, pengembangan hotel baru ini juga menawarkan peluang investasi bagi investor. X Hotel dibangun dengan mengadopsi konsep condotel dengan harga unit mulai Rp 2,6 miliar hingga Rp 4 miliar.
“Ini adalah kesempatan langka untuk berinvestasi di pasar dengan permintaan yang terus tumbuh, pasokan yang terbatas, dan produk yang dirancang khusus untuk tingkat okupansi tinggi serta pertumbuhan investasi jangka panjang. Kami menargetkan Return of Investmen (ROI) 10%-15% per tahun,” kata Lev, Kamis (14/8).
Lev menjabarkan bahwa pengembangan X Hotel dirancang berbeda. Orientasinya tidak lagi sekadar mengikuti pola perhotelan Bali yang transaksional, berpusat pada harga kamar, luas ruang, atau tingkat hunian, melainkan mengembalikan inti perhotelan pada keramahtamahan, yaitu kemampuan menghadirkan pengalaman yang mengubah hidup tamu.
Hal itu sejalan dengan misi Nuanu untuk menghadirkan tempat tinggal sekaligus pengalaman terbaik bagi para tamu. Lev bilang, Investasi diarahkan pada seni dan alam, lalu difokuskan untuk menjawab tantangan utama, yakni menciptakan pengalaman yang mendalam agar tamu tidak sekadar berkunjung singkat, melainkan tinggal lebih lama menikmati semua pengalaman yang dihadirkan di kawasan Nuanu.
Baca Juga: JLL Kelola Operasional Bali International Hospital di KEK Sanur
Sementara itu, Reyni Wullur, Head of Corporate Communication Nuanu Real Estate memaparkan X Hotel memadukan arsitektur modern dengan sentuhan desain lokal, menghadirkan pilihan kamar Mezzanine, Standard, dan Deluxe. Fasilitasnya mencakup kolam renang seluas 420 m², restoran, secret bar, gym, dan ruang konferensi.
Meski baru diluncurkan pada 13 Agustus 2025, kata dia, pembangunan lebih dulu dimulai dan kini sudah masuk tahap konstruksi. Hotel ini ditargetkan akan rampung dibangun pada kuartal IV-2026.
Keunggulan Hadapi Persaingan
Nuanu optimistis X Hotel bakal bisa unggul di pasar hotel Bali. Lev bilang, ada dua faktor pendorongnya. Pertama, supplai hotel di kawasan Nuanu dan sekitarnya masih terbatas. Kedua, hotel tersebut berada di kawasan seluas 44 ha yang kini jadi salah satu destinasi favorit di Bali yang menawarkan pengalaman di bidang seni, alam, dan budaya.
Dia menyebut tingkat kunjungan turis di kawasan Nuanu saat ini mencapai sektar 2.500–3.000 orang per hari di hari biasa. Sedangkan di akhir pekan atau libur panjang bisa mencapai 5.000- 6.000 orang per hari.
“Jika kami berhasil menarik tamu yang tepat, yang datang karena tertarik dengan seni, alam, dan pengalaman budaya unik, maka tingkat hunian dan harga rata-rata akan lebih tinggi dibanding hotel biasa. Apalagi kawasan Nuanu akan ada acara-acara besar, itu akan menambah permintaan akan penginapan,” papar Lev.
Lev menekankan bahwa investasi hotel di Nuanu tidak diukur dari luas bangunan, melainkan dari nilai pengalaman yang ditawarkan kepada tamu. Prinsip utamanya adalah setiap tamu yang membayar harus merasa mendapatkan pengalaman yang sepadan.
Menurutnya, hanya hotel yang mampu memberikan value for money yang akan bertahan, sehingga kualitas, detail, dan pengalaman menjadi faktor kunci. Oleh karena itu, X Hotel dirancang sebagai boutique hotel dengan desain unik. “Keberhasilan jangka panjang hanya mungkin tercapai jika dibangun dengan tepat dan mampu menghadirkan pengalaman terbaik bagi tamu.” ujarnya.
Nuanu berpandangan bahwa di tengah kondisi pasar hotel yang memasuki titik jenuh di Bali, fokus pengembangan hotel lagi bisa sekadar meningkatkan jumlah kunjungan, melainkan fokus pada kualitas wisatawan, mereka yang menghargai pengalaman, budaya, dan keberlanjutan.
Selain itu, pengelolaan X Hotel nantinya tidak akan menggandeng operator global. Nuanu memilih jalur pengelolaan secara mandiri berkolaborasi dengan manajemen hotel lokal agar hotel bisa terintegrasi penuh dengan ekosistem Nuanu, mulai dari butterfly park, kendaraan listrik, sekolah bersertifikat Cambridge, hingga gym berskala besar.
Baca Juga: Menilik Daya Tarik Investasi Properti di Kawasan Munggu Bali
Lev menilai bahwa format seragam ala operator internasional terlalu kaku dan kurang memberi ruang bagi integrasi lokal. Sebaliknya, seni, budaya, dan keberlanjutan dijadikan nilai pembeda hotel ini.
Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, Nuanu Real Estate menyakini okupansi X Hotel akan tetap terjaga. Sementara janji pengembang ini untuk mendatangkan yield investasi 10% -15% per tahun kepada investor hanya memperhitungkan tingkat okupansi rata-rata di level 60%
Okupansi Hotel Bali
Industri hotel di Bali yang justru menunjukkan tren positif didorong pertumbuhan jumlah kunjungan wisawatan. Laporan JLL menunjukkan bahwa okupansi hotel di Bali pada kuartal I-2025 sempat di bawah 60% terutama di Bulan Maret. Namun, di Juni tingkat keterisian hotel di Bali hampir mencapai 80%.
Menurut JLL pemulihan yang terjadi di Bali pada triwulan II seiring dengan peningkatan wisatawan asing. Sepanjang enam bulan pertama tahin ini, total turis asing yang masuk ke Bali mencapai 3,3 juta atau tumbuh 12,7% secara tahunan.
JLL mencatat ada 48.000 kamar yang tersebar di Bali. Namun, hanya terjadi penambahan sebanyak 184 kamar baru pada triwulan II 2025, yaitu Oshom Bali dan Fairfield by Marriott Kuta Ngurah Rai. Diprediksi akan ada sekitar 824 kamar baru yang dibuka sampai akhir 2025.
Perkembangan okupansi yang cukup bagus salah satunya dialami Oshom Hotel yang berada di kawasan Nuanu. Meski baru dibuka pada Desember 2024., tingkat keterisian hotel ini relatif sekarang stabil di level sekitar 55%–60%.
Baca Juga: Menilik Tren Investasi Properti di Bali, Tabanan Kini Jadi Primadona
Daisy Angus, pendiri sekaligus kreator Oshom Bali, mengatakan tamu yang menginap di Oshom paling banyak dari Rusia dan Ukraina. Kemudian diikuti China, India, Inggris, negara-negara Arab, Prancis, Jerman, Australia, Amerika Serikat dan Indonesia.
Ia bilang, rata-rata lama tinggal wisatawan berkisar antara tiga hingga lima hari. Namun, tidak sedikit tamu yang akhirnya memperpanjang masa tinggalnya. “Kami punya banyak tamu yang awalnya hanya pesan beberapa hari, lalu terus memperpanjang. Ada yang akhirnya tinggal hingga tiga bulan. Bahkan, ada tamu yang pergi, lalu kembali lagi dan menjadikan hotel ini seperti rumahnya,” ungkap Daisy.
Daisy menilai tingkat okupansi yang cukup baik dipengaruhi oleh pergeseran tren wisatawan di Bali. Jika kunjungan pertama biasanya berfokus pada destinasi populer seperti Uluwatu, Ubud, atau Canggu, kunjungan berikutnya cenderung mencari pengalaman baru. Canggu yang semakin padat dan macet membuat banyak wisatawan beralih ke kawasan yang lebih tenang, kreatif, dan autentik.
Pantai Nyanyi serta wilayah sekitarnya, Pererenan, Seseh, dan Kedungu, dipandang memiliki daya tarik tersendiri. Wisatawan datang bukan hanya untuk berlibur, tetapi juga bekerja, membangun jejaring, dan menikmati kehidupan khas Bali.
Menurutnya, tipe wisatawan yang tertarik ke kawasan Oshom adalah wisatawan sadar, yaitu mereka yang mencari pendekatan berkelanjutan, kreatif, dan lebih bermakna. Kehadiran fasilitas di Nuanu seperti nature garden, taman kupu-kupu, hingga King Flora Park menambah daya tarik, terutama bagi mereka yang bepergian bersama keluarga.
Selanjutnya: Permintaan Emas Dunia Melonjak, Pasokan Domestik Masih Aman?
Menarik Dibaca: Cara Logout Akun Google Tanpa Menghapus Data di Ponsel Maupun Laptop,Cek di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News